“Etika tidak hanya berlaku dalam hal kedisplinan akademis, tetapi juga berlaku untuk hal-hal yang di sekitarnya, contohnya seperti bagaimana cara manusia harus hidup dengan baik,” Sudirman Said, Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) seperti yang ia kutip dari buku Business Ethics karya Harman dan Desjardin pada seminar untuk para profesional muda MBA ITB (07/06/2021). Dalam presentasinya, beliau menjelaskan betapa pentingnya perilaku serta konsekuensinya, penerapan tindakan bermoral, dan segala contoh yang kerap dialami oleh para eksekutif bisnis.
Pertama, beliau memberi contoh kasus mengenai laporan keuangan PT Garuda Indonesia pada tahun 2018, yang mana setelah direvisi, Garuda mencatat adanya kerugian sebesar $175,028 juta Dollar Amerika. Laporan tersebut berbeda dari apa yang tercatat sebelumnya, yang menyatakan bahwa adanya laba sebesar $5,018 juta Dollar Amerika. Beliau menyangsikan adanya isu etika yang beredar dalam kasus tersebut, yang pada akhirnya disimpulkan sebagai pelanggaran. Kendati karena adanya masalah politik yang ikut terlibat, kasus tersebut ditutup. “Itu sudah melanggar batas etis,” ujar Sudirman.
Sudirman kemudian merumuskan syarat-syarat perilaku baik, yaitu, kumpulan dari wawasan, keterampilan, dan juga tingkah laku. “Kembali lagi ke kasus Garuda, dapat kita lihat bahwa orang-orang memiliki wawasan dan keterampilan, namun karena kurangnya tingkah laku baik, mereka harus menerima konsekuensi karena gagal menerapkan rumusan syarat-syarat berperilaku baik yang disebutkan tadi,” kata Sudirman. Maka dari itu, karena konsekuensi merupakan hasil dari segala perbuatan yang terjadi dari adanya niat, adanya niat yang buruk memungkinkan terjadinya hasil yang negatif.
Jadi, bagaimana cara manusia menerapkan keputusan moral? Fondasi dasarnya adalah adanya pengenalan terhadap isu-isu moral, termasuk pula kesadaran moral, penilaian moral, kepekaan moral, dan perhatian moral. Kesadaran moral adalah kemampuan untuk mengakui dan menghargai maksud etis pada sebuah keputusan; ini merupakan langkah pertama yang harus dilakukan seseorang untuk bertindak secara etis. Selanjutnya, penilaian seseorang mengenai suatu tindakan (atau ketidakgiatan), motif, situasi, atau seseorang dalam kriteria kebaikan atau kebenaran yang juga disebut sebagai penilaian moral. Kepekaan moral merupakan kemampuan untuk mengenali adanya masalah moralitas dan memahami makna dari sebuah keputusan yang diambil. Dan yang terakhir, perhatian moral ialah kemampuan untuk menjadi mawas diri. Menerapkan seluruh sifat-sifat ini dapat membantu seseorang menjadi lebih bertanggung jawab secara etis.
Lalu Sudirman memberikan beberapa isu etika umum yang kerap dialami dalam bisnis. Contohnya, dalam hal relasi bisnis dengan pemasok dan bisnis lainnya, bisa saja ada penyuapan, diskriminasi di antara pemasok, dan ketidakjujuran dalam membuat dan menjaga kontrak. Contoh-contoh tersebut dapat juga terjadi dalam hubungan bisnis dengan karyawan, terlebih lagi diskriminasi dalam hal memperkerjakan dan perlakuan terhadap karyawan. “Kalau dalam hal hubungan dengan pelanggan, sebuah usaha bisa saja memberikan harga yang tidak masuk akal dan pengiklanan yang tidak jujur, yang mana keduanya termasuk dalam isu etis yang sering dialami oleh para pelaku bisnis,” ucap Sudirman.
Kontributor: Mitsal Athaya, Management 2022