Jika kita mendengar topik mengenai Manajemen Manusia dan Pengetahuan (People and Knowledge Management), civitas akademika SBM ITB pasti ingat pada pakarnya, Prof. Jann Hidajat Tjakraatmadja. Hal tersebut tidak terlepas dari konsistensinya dalam mengajar bidang terkait selama 42 tahun. Beruntungnya tim Marketing dan Komunikasi SBM ITB berkesempatan untuk mewawancarai perjalanan Jann selama berada di ITB.
Memiliki latar belakang ayah-ibu seorang guru SD (Sekolah Dasar) di Panjalu, Prof. Jann selalu diingatkan agar bisa memberi makna pada masyarakat. Dengan demikian, setelah lulus dari Fakultas Teknik Industri ITB pada tahun 1979, Jann menerima tawaran saat diminta untuk mengajar di almamaternya.
“Memang tidak terpikirkan sebelumnya bahwa jalan hidup saya akan serupa dengan orang tua saya, yakni berkomitmen dalam mengamalkan ilmu pengetahuan. Dulu banyak tawaran dari teman-teman seperjuangan untuk bekerja di luar dari kampus, seperti perbankan, perusahaan dan lainnya. Namun, setelah menjalani awal perjalanan saya di ITB, saya menikmati jadi dosen. Bisa dikatakan kalau menjadi dosen bagi saya sudah menjadi tuntutan hidup, sudah merasuk ke jiwa. Bukan karena terpaksa, tetapi karena sudah menjadi pangggilan hidup,” tutur Presiden Knowledge Management Society of Indonesia itu.
Pada awal karir sebagai dosen muda di Departemen Teknik Industri ITB, pada 1980 bersama dengan sahabatnya Prof. Iftikar Sutalaksana (alm) dan Han Ruahana MBA (alm), Prof. Jann membuat buku tentang Teknik Tata Cara Kerja. Buku itu sampai sekarang masih dipakai oleh lebih dari 200 Fakultas Teknik Industri yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan, tidak berhenti di bangku perkuliahan, hingga hari ini buku tersebut juga dipakai di berbagai departemen pemerintahan di seluruh Indonesia.
Mengingat tuntutan dosen untuk terus memperbaharui ilmu, pada tahun 1980, Prof. Jann mengambil kesempatan studi di Universitas Leuven, Belgia, dengan beasiswa dari pemerintah Belgia. Dia pulang pada 1982 dengan membawa gelar Master of Industrial Engineering. Selain di Belgia, pada tahun 1994 Prof. Jann mendapat sponsor dari General Electric untuk sabbatical leave selama 1 semester di Rensselaer Polytechnic Institute (RPI), New York. Di sana, Jann belajar bagaimana RPI membangun Business Incubator, dan pulang dari sana ia menghasilkan buku ke dua tentang Manajemen Teknologi.
Kesempatan sabbatical ke dua dia jalani di Universitas Twente Belanda pada 1997. Di Twente dia berkenalan dengan konsep Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management), yang kemudian dilanjutkan dalam riset disertasinya. Hasil risetnya ini dia tulis bersama koleganya (Donald C Lantu) berjudul Knowledge Management – Dalam Konteks Organisasi Pembelajar.
Jann dan SBM ITB
Di kampus, banyak orang mengenal Jann sebagai orang yang keras, tegas dan disiplin dalam bekerja dan belajar. Namun, jarang yang mengetahui sisi lain dirinya yang lembut. Sambil meneteskan air mata, dia menceritakan sejarah terbentuknya SBM ITB. Sebagai dosen yang menghabiskan lebih dari 2 dekade kehidupannya di ITB, beliau sangat bangga atas pencapaian SBM hari ini.
Banyak hal yang tidak bisa Prof. Jann lupakan dari SBM ITB ini. Sebagai orang yang terlibat langsung, Jann tahu persis bagaimana perjalanan SBM dengan otonomi khusus di ITB. Bahkan dengan kemandiriannya, SBM mampu bertumbuh selama 17 tahun dan mengukir berbagai prestasi yang dihasilkan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Dari yang awalnya hanya 10 dosen, 15 tenaga pendidikan dan 300 mahasiswa, sekarang sudah menjadi 95 dosen, 110 tenaga pendidikan serta 3.000 mahasiswa, dengan lulusan yang diterima baik oleh masyarakat. Semua berkat dari integritas, kerja keras, keseriusan dan kedisiplinan dosen dan tenaga pendidiknya.
Namun, dengan segala pencapaian yang telah diraih hingga hari ini, Prof. Jann masih mendorong segenap civitas untuk terus berkembang dan berinovasi. Dia mengatakan bahwa masih besar harapan dari ITB dan juga SBM. “Sebagai kampus merdeka, kita harus mampu terus berinovasi dan berprestasi dengan kualitas dunia, untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari kemiskinan ilmu pengetahuan,” ujar Jann.
Dia juga berharap ITB dapat menciptakan lebih banyak akademisi, terutama professor agar dapat mencerdaskan seluruh bangsa.
Di akhir kesempatan, Jann pun menitipkan pada sivitas akademika SBM ITB untuk tetap semangat mengikuti perkembangan jaman. “Hidup adalah perubahan, perubahan harus berdampak positif, maka pembaharuan pengetahuan para dosen dan tendik menjadi keharusan. Dimanapun kita berada, harus memberi makna positif bagi sekitar kita. Itulah yang selalu saya usahakan hingga saat ini,” ucap Jann.
Terimakasih Prof. Jann Hidajat Tjakraatmadja, untuk waktu, tenaga dan sumbangsih pemikirannya. Jasamu akan selalu terkenang. Demi Tuhan, bangsa dan almamater!
“Berprinsip Baik, Bermimpi Baik dan Memilih Baik – Jalan Hidup Kita Pasti Jadi Baik” – Jann Hidajat Tjakraatmadja (2021)