Prodi MSM-DSM SBM ITB melalui program MSM DSM Lounge mengadakan seminar diseminasi pada Senin (27/9/2021). Mengangkat tema “Knowledge Creation Through Escalation of Teaching and R&D”, tahap pertama dari diseminasi pengetahuan ini diisi oleh dua pembicara, yaitu Executive Coach dan Direktur dari Highly Functioning Education Consulting Service (HAFECS) Dr. Zulfikar Alimuddin dan peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Lampung Adi Asmaradi, MSM.
Seminar ini dibuka dengan kata sambutan dari Dr. Anggara Wisesa sebagai Wakil Prodi MSM-DSM. Seorang peneliti, kata Anggara, tidak hidup seorang diri, tetapi harus bisa memberikan kontribusi atas studi dan pendidikan dimiliki demi kemajuan masyarakat, industri, dan dunia.
“Peneliti jangan hanya bekerja di menara gading,” ujar Anggara.
Sesi seminar dimulai oleh pembicara pertama yaitu Dr. Zulfikar Alimuddin. Dr. Zulfikar menyajikan ekstensi dari disertasinya yang membahas tentang penggunaan model socialization, externalization, combination, internalization (SECI) untuk meningkatkan pengetahuan konten pedagogik guru. Zulfikar menjelaskan bagaimana memperkokoh SECI sehingga lebih berdampak dan framework apa yang harus dipakai.
Menurut teori SECI oleh Nonaka Takuchi, proses penciptaan pengetahuan adalah proses sharing knowledge antar individu, kelompok, atau organisasi. Namun, sebenarnya ada konsep yang lebih mendasar lagi, yaitu konsep penciptaan pengetahuan dalam model 24 boxes oleh Anderson Krathwol Taxonomi.
Selain itu, Dr. Zulfikar juga berkata bahwa ada sylo (gap) dalam benak manusia sehingga jika sesorang belajar, apa yg dia pelajari tidak berdampak pada pola dia bekerja dan hal ini prevalen di guru. “Seringkali guru kesulitan mengenali kekurangan diri sendiri dan akibatnya, guru kurang mampu menghubungan materi pengajaran dengan situasi pengajaran,” ujar Zulfikar.
Maka, untuk meningkatkan pengetahuan antara guru dengan siswa, harus ada proses pertukaran informasi yang mengikat sehingga guru punya kemampuan mengukur pertumbuhan cara berpikir siswa, tidak hanya menilai dari hasil akhir (ujian). Dengan Pedagogical Content Knowledge dan connecting minds ditambah dengan HOTS, guru dapat mengembangkan pikiran dan membangun struktur pikir siswa.
Pembicara kedua yaitu Adi Asmaradi, MSM, memfokuskan pembahasannya pada topik research and development (R&D), terutama dalam konteks komersialisasi riset dan pengembangan kebijakan berdasarkan riset. Menurut Adi, masih ada pola yang belum terjembatani antara riset dan komersialisasi.
“Kalau lihat dari prosesnya, jika ada riset yang berjalan maka semestinya akan ada pertumbuhan ekonomi. Riset kita banyak, tapi ekonomi kita stagnan. Ini menunjukkan ada masalah yang tidak teralirkan,” ujar Adi.
Adi kemudian memperkenalkan pola yang bisa dilakukan untuk menjembatani riset dan komersialisasi. Pertama, riset-riset yang berpotensi untuk menjadi bisnis baru sebaiknya dimasukkan ke business incubator agar tumbuh menjadi sebuah startup. Kedua, riset-riset yang berpotensi dikembangkan ke industri bermitra dengan industri yang memerlukan teknologi. Ketiga, riset-riset yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dilaksaanakan dengan transfer pengetahuan. Terakhir, riset yang berpotensi menjadi kebijakan dijembatani sehingga tersalurkan ke pemangku kebijakan.
Salah satu contoh riset yang berhasil dikomersialisasi yaitu di LIPI Lampung dimana mereka menciptakan gerabah tahan banting dengan teknologi mineral yang kemudian mereka kembangkan melalui UMKM.