Seiring perkembangan zaman, dapat kita perhatikan persaingan di dunia bisnis menjadi semakin ketat. Kini, para pengusaha tidak hanya dapat bertumpu pada cara-cara lama; mereka dituntut untuk senantiasa memberikan unsur kebaruan guna menjawab berbagai permasalahan yang semakin banyak ragamnya di masyarakat. Tak heran, bisnis dewasa ini perlu menganut konsep perusahaan berbasis inovasi (innovation driven enterprise – IDE) untuk dapat bertahan dan berkembang.
Sebagai institusi pendidikan yang bertujuan menciptakan wirausaha baru yang berfokus pada inovasi, SBM ITB mengadakan kuliah tamu di kelas Introduction to Business and Management yang diperuntukan bagi para mahasiswa yang sedang menjalani TPB (Tahap Persiapan Bersama).
Kuliah tamu tersebut menghadirkan FX Iwan selaku Co-Founder dan CEO dari Jagartha Group. Sebelum menjadi CEO di perusahaan yang ia bangun sendiri, Iwan adalah Kepala Bagian Sales and Marketing di Mandiri Investasi. Rekam jejaknya di dunia pendanaan bisnis menjadikannya paham betul mengenai konsep bisnis berbasis inovasi, khususnya pada perusahaan rintisan atau startup.
Jagartha Group adalah firma penasihat investasi berkantor pusat di Jakarta, Indonesia yang dimiliki secara independen dan mengawasi lebih dari $200 juta Dollar AS modal yang didedikasikan untuk berinvestasi di Indonesia, baik di pasar modal maupun aset alternatif. Perusahaan ini didirikan oleh FX Iwan, Mungki Ariwibowo Adil, dan Markus Erik Argasetya.
Menurut Iwan, sebelum berbicara lebih jauh mengenai perusahaan berbasis inovasi, kita perlu mengenal terlebih dahulu mengenai istilah tersebut. Dalam konteks bisnis, inovasi menggabungkan konsep penemuan baru dengan komersialisasi. Penemuan baru berbentuk produk ataupun proses yang bersifat unik dan eksperimental selanjutnya dikomersialisasi dengan memperhatikan nilai-nilai yang akan diterapkan, pemilihan waktu, penentuan harga, serta memperhatikan keberlanjutan dan profitabilitas.
Perusahaan berbasis inovasi merupakan konsep yang melekat dan bahkan sering disamakan dengan startup, berbeda dengan usaha kecil menengah (UKM). Hal itu konsep bisnis UKM hanya berfokus pada pasar lokal, dengan kerangka waktu perkembangan yang relatif singkat, pertumbuhan linear, dan memerlukan investasi yang lebih sedikit. Sementara, startup berfokus tumbuh hingga pasar global dengan berakar pada inovasi produk, waktu perkembangan yang relatif lama, pertumbuhan eksponensial, dan memerlukan investasi yang cenderung banyak.
Iwan membawakan langkah-langkah untuk membentuk startup yang sukses dengan berbasis inovasi. Terdapat 24 langkah yang terbagi pada 6 tema besar:
- Siapa pelanggan Anda? Bisnis di masa ini tentu perlu memperhatikan dan berfokus pada pelanggan. Untuk itu, startup perlu melakukan segmentasi pasar dan memilih target pelanggan, melakukan kalkulasi TAM-SAM- SOM, serta membangun profil dan persona pengguna akhir.
- Apa yang bisa Anda lakukan untuk pelanggan? Setelah mengetahui siapa pelanggan, startup perlu membentuk proposisi nilai yang akan dibagikan serta menentukan penggunaan siklus penuh dari produk.
- Bagaimana pelanggan mendapat produk Anda? Untuk memastikan produk dapat sampai pada pelanggan, startup dapat menentukan customer decision making unit (DMU) dan melakukan pemetaan proses penjualan.
- Bagaimana Anda menghasilkan keuntungan? Suatu bisnis tentunya memperhatikan keuntungan. Oleh karena itu, startup harus mampu menciptakan model bisnis yang baik, menentukan harga, dan menghitung lifetime value (LTV) dari pelanggan terakuisisi serta cost of customer acquisition (COCA).
- Bagaimana Anda mendesain dan membangun produk? Produk sebagai inti dari operasional bisnis perlu dikembangkan secara baik dengan menentukan dan menguji asumsi kunci serta menentukan minimum viable product (MVP).
- Bagaimana Anda mengembangkan bisnis? Selain mengejar keuntungan, startup juga perlu berfokus pada pertumbuhan dengan senantiasa memperhatikan total available market (TAM) serta mengembangkan perencanaan produk.
Terlepas dari langkah-langkah yang terlihat cukup komprehensif tersebut, Iwan menyebutkan salah satu cara yang sebetulnya cukup untuk mensukseskan suatu bisnis, yakni dengan “membayar” pelanggan. Di dunia startup, konsep membayar pelanggan sering dikaitkan dengan konsep “bakar-bakar uang”, misalnya dalam bentuk pemberian promosi besar-besaran pada pelanggan guna menarik perhatian mereka. Meski hal ini dapat menjamin akuisisi pelanggan, namun Iwan mengingatkan bahwa hal ini juga perlu dibarengi dengan problem-solution fit, startup perlu menuntaskan masalah masyarakat dengan produk yang bagus. Lebih lanjut, startup juga perlu tahu bagaimana meraup keuntungan, memperhatikan keberlanjutan, serta membangun perusahaan yang bertahan selamanya.