Data Google mengungkapkan bahwa terdapat 81% peningkatan dalam pembuatan merek baru selama pandemi Covid-19. Untuk itu, dalam perjalanan panjang pembentukan reputasi di era kompetisi usaha digital, apakah Anda telah mencoba memeriksa nilai dari merek yang Anda tawarkan? Jika belum, Anda harus coba untuk bertanya relevansi produk dan brandmu terhadap konsumenmu. Untuk memahami sekelumit hal mengenai bagaimana mengaudit merek, SBM ITB mengundang Web Analyst di Body & Fit Belanda Riani Wahyu Prajanti.
Dalam materinya, Riani yang merupakan mantan ecommerce content specialist & ecommerce coordinator di Calvin Klein menyatakan bahwa setiap bidang usaha memiliki pola evaluasi yang berbeda-beda. Secara umum, kita bisa memonitor merek kita lewat pola aktifitas konsumen, diantaranya melalui:
- Kesadaran, pertanyakan apa yang membuat orang melihat dan mengingat merek produkmu.
- Pertimbangan, pertanyakan bagaimana caranya membuat orang memahami, mengerti dan menginginkan nilai dari merek.
- Aksi, pertanyakan bagaimana caranya kita dapat mengubah perilaku orang dari menginginkan hingga memutuskan untuk melakukan pembelian.
- Kesetiaan, pertanyakan apa yang membuat orang puas terhadap nilai yang ditawarkan, terdorong untuk melakukan pembelian berulang hingga melakukan advokasi terhadap sebuah brand.
Secara teknis, audit merek bisa kita evaluasi dengan mencari dan memperhatikan indikator seperti top of mind non branded & branded awareness, brand sentiment and perception, brand consideration, brand purchase intention, sales volume and value, customer lifetime value and loyalty dan lain sebagainya. Semua itu bisa dilakukan dengan mempergunakan alat-alat ukur teknologi yang dapat membantu proses tersebut seperti Google Analytics, Adobe Analytics, Contentsquare, VMO, SEMrush, Mixpanel dan lain sebagainya.
Dalam aktifitas kelas, mahasiswa pun mempertanyakan hal praksis mengenai evaluasi merek yang kecil. Riani, yang merupakan mantan Digital Analyst di Sunweb Group, Nehterland dan Web Analyst di Valtech, Netherland, menjawab tantangan tersebut dengan optimis.
“Perlu diingat bahwa evaluasi brand ini tidak hanya dilakukan oleh brand-brand besar yang sudah terkenal saja. Walaupun kita hanya menggunakan sosial media, brand tetap perlu dievaluasi. Dengan mengkombinasikan beberapa market data, kita dapat memperkuat value brand yang kita tawarkan pada masyarakat,” tutur wanita yang memiliki passion dalam membangun, menyambungkan dan menerjemahkan kebutuhan bisnis lewat teknologi dan data.
Di akhir pertemuan, Riani juga memberikan tips-tips teknis yang berguna. Para peserta diingatkan untuk dan tetap mempertimbangkan porsi pendekatan penggunaan daring dan luring dalam bisnis dan melakukan optimialisasi kata kunci di Google tren untuk optimalisasi pendekatan di pasar digital.
Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021