Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah memberikan otonomi kepada perguruan tinggi untuk menuju institusi yang lebih inovatif dan lincah. Namun, perguruan tinggi malah terkungkung oleh kapabilitas dan limitasi internal perguruan tinggi untuk mencapai tujuan tersebut.
Hal itu diungkapkan Wakil Dekan Akademik Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB Dr.Aurik Gustomo ST,MT dalam diskusi yang diadakan TVRI Jawa Barat bertema “Kemandirian & Otonomi Menuju Universitas Kelas Dunia”, Rabu (15/12/2021). Acara tersebut juga dihadiri Dekan International Undergraduate Program Binus Business School Ahmad Syamil Ph.D, selaku dan
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerjasama dan Alumni Fakultas Ekonomi Bisnis ( FEB, universitas gajah Mada Gumilang Aryo Sahadewo, SE,MA,Ph.D.
Menurut Aurik, limitasi atau hambatan dari internal perguruan tinggi dapat menyebabkan unit-unit yang berada di dalamnya sulit untuk bertumbuh. Padahal, sumber daya di eksternal perguruan tinggi banyak sekali yang bisa diajak berkolaborasi untuk mendukung perguruan tinggi tumbuh.
“Jika kita berpikir untuk menumbuhkan universitas kita, maka tumbuh di sini berarti melepaskan diri dari kungkungan keterbatasan sumber daya. Di luar sana banyak sekali sumber daya dan itulah kita ajak untuk berkolaborasi,” kata Auruk. Aurik mencontohkan, bentuk kerjasama yang dapat dilakukan dengan pihak eksternal seperti melakukan riset bersama, double degree, dan mengundang praktisi untuk mengajar.
Pentingnya kemandirian terhadap perguruan tinggi tersebut sejalan dengan pandangan Ahmad Syamil dari Binus University. Berstatus swasta, Binus mampu meraih akreditasi AACSB serta merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia.
“Pendekan kami adalah di satu sisi sebagai akademisi dan di sisi lain adalah berpikir seperti orang bisnis. Hal ini karena kami percaya, pendidikan di kelas saja tidak cukup,” ucap Syamil. Dengan adanya dukungan eksternal, serta fleksibilitas, membuat Binus University lebih lincah dan lebih inovatif.
Akan tetapi, masih banyak universitas yang saat ini masih kesulitan dalam menuju kemandirian. Hambatan dapat berupa peraturan-peraturan dari pemerintah pusat maupun dari level universitas sendiri. Hal tersebut diungkapkan oleh Gumilang.
“Untuk melakukan inovasi tentu memerlukan sumberdaya yang besar namun disamping itu, sumberdaya tersebut memiliki constraint atau kendala seperti peraturan dari pemerintah pusat dan level universitas,” ucap Gumilang.
Gumilang menekankan pentingnya bagi perguruan tinggi atau unit yang berada di dalamnya untuk memiliki kemandirian sehingga lebih sesuai dengan fleksibilitas yang dimilikinya.
Penelitian dari Reichert & Tauch juga mengungkapkan bahwa kemandirian perguruan tinggi dapat mewujudkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Namun, kemandirian idealnya tidak hanya di level perguruan tinggi, namun bisa diturunkan ke tingkat fakultas, program studi, hingga ke dosen-dosen.