Hardian Eko Nurseto atau biasa dikenal dengan panggilan Seto yang sedang bekerja sebagai dosen di Departemen Antropologi Universitas Padjajaran Bandung dan mengajar mata kuliah “Makanan dan Kebudayaan” mengisi kuliah di School of Business and Management Institut Teknologi Bandung mengenai bisnis kuliner, Selasa (15/2/2022).

“Walaupun begitu, saya juga pernah gagal dalam mendirikan bisnis kuliner,” ujar Seto dalam pembuka kuliahnya saat menjelaskan latar belakangnya aktif dalam literasi kuliner. Seto merupakan pendiri Parti Gastronomi (kolektif, yang fokus pada pendokumentasian kekayaan gastronomi Indonesia). pengurus dari Sindikat Kuliner (komunitas pemilik resto dan kafe di Kota Bandung), dan pendiri Bandung Food Truck Community sebagai wadah pengusaha di Kota Bandung.

Seto membuka kuliahnya dengan alasan membuat bisnis kuliner yang merupakan ladang uang yang paling tepat karena kebutuhan manusia terhadap makanan. Selain itu, tren kuliner atau wisata kuliner mulai melanda anak muda Indonesia, tidak lupa juga jasa pesan-antar makanan yang juga meningkat di masa pandemi.

 

Namun begitu, Seto juga membeberkan kenyataan bahwa kemungkinan untuk gagal di dunia kuliner juga sangat tinggi. Faktanya, 60% bisnis kuliner bubar di tahun pertamanya, bahkan 80% diantaranya takkan bertahan sampai dengan tahun kelima.

 

Walaupun begitu, Seto juga memberikan tips dan trik untuk membangun bisnis kuliner yang bertahan. Pertama, mengenali bisnis kuliner yang akan dibangun, persiapan matang sebelum memulai bisnis kuliner, mengenai market, skena kuliner, dan kebutuhan konsumen.

 

Selain itu, ada empat kunci utama yang harus diperhatikan oleh pemilik bisnis saat meniti bisnis kulinernya, yaitu: produk, brand, marketing, dan keuangan. Dengan produk yang kuat, konsistensi juga product testing and improvement, kita bisa membuat inti dari bisnis kita berupa produk, makanan atau minumannya itu sendiri menjadi kuat. Seto juga memberikan contoh mengenai warna-warna yang dipakai perusahaan ternama sehingga menjadi brand dan marketing yang kuat bagi masyarakat yang menjadi konsumennya. Terakhir, Seto juga menjelaskan mengenai pentingnya mengkalkulasikan keuangan dalam sebauh bisnis kuliner.

Kontributor: Tjia Alphani, Kewirausahaan 2022