Dengan ekonomi Islam yang semakin penting perannya dalam ekonomi global, permintaan akan produk dan layanan berdasarkan hukum Islam juga meningkat. Dengan begitu, sertifikasi halal menjadi sangat penting. Direktur Program MSM dan DSM SBM ITB Yuliani Dwi Lestari diundang untuk menyampaikan pandangannya tentang topik ini dalam Webinar WiLAT Southeast Asia on Awareness on Halal Logistics and Supply Management Chain pada Jumat (25/2/2022).
Webinar ini diselenggarakan oleh Women in Logistics and Transport, sebuah forum di bawah The Chartered Institute of Logistics and Transport. Webinar ini mengeksplorasi potensi rantai pasokan & logistik halal serta implementasinya di negara-negara SEA seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Yuliana mengawali presentasinya dengan menjelaskan kerangka hukum halal di Indonesia. Untuk memahami praktik halal, perlu melihat regulasinya. Di Indonesia, hal ini diatur dalam Undang-Undang Halal Nomor 33 Tahun 2014, yang menyatakan bahwa semua produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia harus bersertifikat halal. Sertifikat halal diterbitkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Indonesia berdasarkan FATWA oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Yuliana kemudian membagikan prinsip umum logistik halal di Indonesia. “Manajemen harus menentukan dan mengkhususkan pada kebijakan halal dan menerapkan prosedur pelatihan. Selain itu, perusahaan harus memiliki prosedur tertulis tentang kegiatan kritis yang dapat mempengaruhi status kehalalan dan fasilitas harus dapat memastikan tidak ada kontaminasi silang,” kata Yuliana.
Yuliana kemudian memberikan contoh nyata implementasi logistik halal di Indonesia, khususnya di Iron Bird Logistics. Karena Indonesia adalah konsumen tertinggi nomor satu di dunia dan mereka menganggap jaminan halal itu penting, Iron Bird Logistics melihat sertifikasi halal sebagai suatu keharusan dan perusahaan ingin memberikan layanan terbaik. Meskipun mengeluarkan biaya tambahan untuk merancang struktur logistik halal, Iron Bird Logistic mendapatkan pendapatan lebih dengan membuka peluang bisnis baru dan kepercayaan dari klien sehingga ini menjadi faktor keberhasilan dalam mendapatkan keuntungan. Selain itu, memiliki layanan halal memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Meski logistik halal menawarkan banyak manfaat seperti menciptakan aliran pendapatan baru, meningkatkan kepercayaan publik, dan memberi nilai tambah, Yuliana menyadari bahwa masih ada tantangan dalam mengimplementasikannya. Dari sisi pasar dan perusahaan, Iron Bird Logistic masih menganggap sertifikasi halal memiliki biaya tinggi dan memakan waktu. Apalagi, minimnya sosialisasi dan dukungan dari pemerintah semakin menjadi kendala bagi perusahaan untuk terjun ke industri tersebut.
“Menurut data, logistik halal menunjukkan tren positif di Indonesia yang berarti industrinya tumbuh. Perlu adanya sosialisasi dan edukasi tentang sertifikasi halal. Pemerintah perlu meningkatkan koordinasi antar pengelola sertifikasi halal untuk memastikan pelayanan yang efisien,” saran Yuliana menutup presentasinya.