Para peneliti dan ilmuwan terkadang tampak hidup di dunia yang berbeda dari dunia yang kita tinggali karena sifat eksklusifnya yang tidak terjangkau, terlepas dari upaya mereka untuk menciptakan inovasi dan melakukan studi untuk mengatasi masalah di masyarakat. Namun, Kepala SBM ITB Kampus Jakarta Yudo Anggoro, Ph.D., berbeda. Yudo benar-benar melepaskan diri dari eksklusivitas untuk menciptakan dampak pada masyarakat dari bidang keahliannya, kebijakan publik.
Dari Teknik hingga Kebijakan Publik
Lompatan Yudo ke kebijakan publik tidak terduga. Setelah mendapatkan gelar Sarjana Teknik Industri, Yudo bekerja di sebuah perusahaan multinasional. Namun, dia tidak merasakan kegembiraan dan menginginkan fleksibilitas dalam kehidupan kerjanya. Oleh karena itu, ia memilih menjadi akademisi. Sebagai lulusan ITB, ia memutuskan untuk kembali dan mengabdi pada almamaternya. Setelah menyelesaikan gelar Master di SBM ITB, Yudo mendapat kesempatan untuk melanjutkan studinya melalui Beasiswa Fulbright, di mana ia memilih kebijakan publik sebagai bidang studinya.
“Sejak berdiri pada tahun 2003, SBM ITB lebih banyak memberikan kontribusi kepada korporasi dan swasta dibandingkan dengan pemerintah dan masyarakat. Itu membuat saya sentimentil,” Yudo mengaku. Ia juga memilih fokus pada kebijakan publik untuk memiliki keahlian khusus. “Sudah banyak ahli pemasaran atau akuntansi di SBM ITB. Saya perlu menemukan ladang yang belum dieksploitasi,” tambahnya.
Alasan tersebut juga yang mendorong Yudo untuk mendirikan Center for Policy and Public Management. “Jika pemerintah bisa membuat kebijakan yang tepat, kita bisa melayani masyarakat dengan lebih baik sehingga mereka bisa menuai lebih banyak manfaat. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, saya mengusulkan kepada SBM tentang perlunya pusat pengelolaan yang mengkaji kebijakan publik,” kata Yudo.
Menurut Yudo, center tersebut merupakan salah satu center yang paling sering dikunjungi oleh para pemimpin dan pengambil keputusan untuk meminta perspektif baru. Centernya telah bekerja sama dan menerima dana dari banyak lembaga. Beberapa di antaranya adalah Gojek, Kejora Capital, dan Asosiasi Logistik Indonesia. Centernya juga pernah mendapat kehormatan untuk mempresentasikan salah satu kajiannya tentang tantangan terbarukan Indonesia kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Namun, yang mengesankan tentang center ini adalah tentang usahanya membuat penelitian dapat diakses oleh semua orang dengan mengambil pendekatan yang berbeda untuk mengkomunikasikan temuan penelitiannya.
“Banyak orang awam enggan membaca hasil penelitian karena terlalu teknis dengan banyak kata-kata sulit. Jadi di Center ini, saya mencoba mengubah paradigma semacam itu dengan membuat policy brief. Itu semacam rangkuman penelitian kami, disajikan dengan cara yang mudah dibaca sehingga masyarakat bisa mencerna informasinya,” kata Yudo.
Selain memberikan kontribusi penelitian, sebagai staf pengajar SBM ITB, Yudo juga turut andil dalam mengembangkan institusinya. Selain membangun mata kuliah Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG), Yudo memprakarsai Sustainability Executive MBA, program studi keberlanjutan pertama di Indonesia, dan MBA Eksekutif Manajemen Energi sebagai respons terhadap tren pembangunan saat ini yang bergerak menuju keberlanjutan dan energi terbarukan.
Menyeimbangkan Peran
Tidak mudah melakukan banyak hal sekaligus. Namun, Yudo bisa melakukannya karena tiga hal: manajemen waktu, passion, dan tujuan. Yudo juga merasa bersyukur kepada SBM ITB karena telah menjadi lingkungan yang mendukung dan menyebut mentornya sebagai seseorang yang membimbingnya melalui perjalanannya.
“Saya merasa beruntung berada di SBM, ini adalah lembaga sangat mengapresiasi potensi kita. Saya memiliki mentor yang kebetulan adalah pendiri sekolah, Profesor Kuntoro. Dia banyak membentuk pemikiran saya, dan membimbing bagaimana saya harus bertindak di masa depan,” kata Yudo.
Oleh karena itu, Yudo mendorong semua siswa untuk mencari mentor. “Setiap pemimpin yang sukses memiliki mentor. Namun, jika saya memberi nasihat, itu bukan hanya tentang bagaimana kita bisa menjadi pemimpin yang hebat, tetapi juga bagaimana kita bisa membangun pemimpin lain. Pemimpin menciptakan pemimpin. Jadi, temukan mentor yang tepat, lalu kembangkan pemimpin baru. Bisa jadi junior atau bawahan nanti,” saran Yudo.
Terakhir, ia berpesan kepada mahasiswa agar sadar dengan apa yang terjadi di masyarakat. Menurut Yudo, kita perlu memiliki kesadaran. Terus amati masyarakat, dan jika ada permasalahan, maka itu adalah kesempatan untuk berkontribusi. Dalam setiap peran yang kita ambil, cobalah untuk berusaha 100%. Untuk pelajar, lanjutkan pendidikanmu karena akan membuat bangsa kita lebih kuat.