Ekosistem mata uang kripto di Indonesia terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Indonesia diprediksi akan menjadi pemimpin sentral ekosistem kripto dan blockchain di Asia Tenggara. Bank Indonesia pun telah mengumumkan akan meluncurkan mata uang digitalnya sendiri.

Hal itu diungkapkan Director, Finance Programs and Chair, Administrative Sciences Department Metropolitan College, Boston University, Professor Irena Vodenska, Ph. D., CFA dalam 7th International Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) 2022 yang digelar oleh Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) secara virtual, Rabu (10/8/2022).

Lebih lanjut, Irena mengatakan, setiap negara punya pertimbangannya masing-masing dalam pengadopsian mata uang kripto. Di Amerika, kesadaran untuk menggunakan mata uang kripto sudah terbangun sejak 2013. Hal tersebut didasarkan atas pemahaman dan perlakuan bitcoin yang sudah dianggap sama seperti sebuah properti. Sementara di Australia, masyarakat setempat sedang mengadopsi teknologi transaksi bitcoin dan mata uang kripto dengan rentang waktu penerapan 2 tahun.

Switzerland adalah salah satu negara yang menjadi rumah dari perusahaan top teknologi blockchain di dunia. Bahkan Switzerland bisa disebut sebagai “CryptoValley” yang serupa dengan Silicon Valley di Amerika. Switzerland menawarkan platform yang sangat kuat untuk peningkatan pertumbuhan ekosistem mata uang kripto global. Mulai dari infrastruktur yang mumpuni, talenta kerja kelas dunia dan lain sebagainya. Selain itu, akses terhadap pemerintahan yang ramah kripto lewat penerimaan pembayaran pajak dengan mata uang kripto dan sistem pemilihan berbasis blockchain.

Jepang adalah pemimpin dari penerapan mata uang kripto dalam sistem hukum negaranya. “Jepang juga memiliki jumlah trader bitcoin terbesar dengan akumulasi total transaksi mencapai 40% transaksi bitcoin dunia di Q4 pada 2017,” ujar Irena.

China menerima teknologi terkait dengan tangan terbuka. Saat ini China merupakan rumah bagi berbagai usaha rintisan berbasis blockchain. Dari sisi perbankan, terdapat konsorsium yang menyatakan akan maju dan mendalami blockchain. Terakhir dari sisi pemerintah, mereka secara aktif mendukung top cryptocurrency dan smart contact platform.

Peluang dan Tantangan

Meski demikian, kata Irena, mata uang kripto hari ini masih merupakan aset investasi yang spekulatif. Hal tersebut mengacu pada kondisi natural dari mata uang kripto hari ini yang masih belum stabil. Volatilitas dari nilai mata uang yang cepat justru bisa menimbulkan ketidakpastian bahkan kekacauan.

“Penerapan mata uang digital diharapkan dapat berjalan di seluruh dunia untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama,” kata Irena.

Pada dasarnya penggunaan teknologi yang berkembang dalam sektor keuangan ini bisa berpotensi mencapai tujuan dari prinsip berkelanjutan. Terutama dalam menumbukan dan mempromosikan projek-projek berbasis pembangunan yang berkelanjutan. Pada akhirnya, isu-isu seperti perubahan iklim, penumpukan sampah serta masalah lingkungan serta pemerintahan lainnya bisa teratasi dengan baik.

Namun, menurut Irena, hingga hari ini dan beberapa tahun kedepan, penggunaan mata uang digital tidak akan menggantikan secara utuh uang yang ada. Orang tidak bisa dipaksa untuk menggunakan mata uang digital. Karena hal tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi banyak pihak. Dengan demikian, penggunaan mata uang digital dan mata uang negara-negara perlu digunakan secara berasamaan.

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021