Beberapa orang memiliki motif berbeda saat membangun sebuah bisnis. Beberapa ada yang berpikir bahwa faktor keuangan adalah yang paling penting saat menjual nilai dari produk dan jasa. Walaupun, memang benar bahwa memperoleh penghasilan dalam bentuk apa pun itu penting.
Namun jika hanya itu saja, tidak akan cukup untuk menjadi berkelanjutan atau sustainable. Masa kini, mayoritas masyarakat telah mengenal istilah Environmental, Social and Governance (ESG). Jadi, apakah ESG dapat menguntungkan sebuah bisnis?
Dua pembicara tamu berbagi ilmu dan wawasan tentang ESG dalam kuliah tamu di SBM ITB, pada hari Rabu (9/11/22). Mereka adalah Sonny Sukada, seorang Direktur Corporate Sustainability di Landscape Indonesia dan Venansius Bangun Nuswanto, Manager Learning & Development di PT Kaltim Prima Coal.
Menurut Sonny, menciptakan sebuah bisnis adalah untuk menghasilkan solusi yang menguntukan terhadap masalah untuk rakyat dan bumi, bukannya menghasilkan profit dan masalah buat rakyat dan bumi. Saat ini, kata Sonny, ISO 26000 bersifat sukarela. Ada tiga kondisi yang masih harus diawasi, manajemen dampak, manajemen resiko, dan memenuhi harapan pemangku kepentingan.
Sonny mempelajari teori evolusi. Pada saat ini, menurut Sonny, manusia berada di “system value”, di mana bisnis mampu melibatkan CSR dan mempertimbangkan ESG untuk prospektifnya. Namun, masih banyak yang menggunakan teori “shareholders value” dan “share value”, kepentingan hanya berputar di sekitar pengembalian finansial, keuntungan, kerugian, dan dampak negatif yang jarang terinternalisasi.
Menurut Sonny, CSR hanya dianggap sebagai donasi. Sonny merekomendasikan kepada sekolah-sekolah bisnis untuk bergabung di Principles for Responsible Management Education (PRME), mempelajari inisiatif dari sekolah-sekolah bisnis ternama, mengintegrasikan CSR atau etika bisnis dalam mata kuliah SBM, dan fokus terhadap pembekalan mengenai bisnis di masa depan.
Venansius Bangun Nuswanto, Manager Learning & Development PT. Kaltim Prima Coal, menilai pentingnya HR terhadap ESG. Sebagai perusahan ekstraktif, KPC mematuhi aturan agar image perusahaan positif di kalangan publik.
Menurut Venan, HR dapat mendukung ESG sebagai solusi di sebuah perusahaan. Di antaranya lewat building mindset and capabilities, improving well-being of employees and families, continuously improving engagement and performance, dan maintaining harmonious industrial relations.