Banyak dari kita tak sadar telah hidup berdampingan dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI). Teknologi AI saat ini telah dan akan terus mempengaruhi berbagai kehidupan manusia di seluruh dunia.
Menurut Peneliti Pusat AI ITB Nur Ahmadi, ST. M.Eng., Ph.D, teknologi AI telah menjadi pendorong utama teknologi baru seperti big data, chatbots, mobil self-driving, robotika, dan Internet of Things (IoT). Di perusahaan atau organisasi, adopsi teknologi ini diprediksi akan terus meningkat karena berbagai manfaat yang dapat diberikan kepada mereka. Misalnya, meningkatkan kepuasan pelanggan atau mengurangi risiko investasi yang buruk.
Nur Ahmadi menjelaskan kemajuan penerapan AI itu saat menjadi dosen tamu Kelas Kuantitatif (Magister Manajemen Sains) pada Senin, 14/11/2022. Ahmadi membahas Artificial Intelligence (AI) dengan contoh-contoh AI yang mudah ditemukan di sekitar kita.
Bahkan di smartphone kita, kita sudah akrab dengan kecanggihan AI, tetapi kebanyakan dari kita tidak menyadarinya. Untuk memperjelas, Nur Ahmadi menyatakan bahwa personalized advertisement (iklan yang dipersonalisasi) adalah bagian dari AI, di mana setiap kali kita ingin membeli sesuatu dan mencari produk tersebut di Google atau E-commerce, kemudian kita membuka aplikasi lain, iklan produk tertentu itu akan muncul dan menarik kita untuk membelinya.
Ahmadi juga memperingatkan bahwa AI sangat bermanfaat, tetapi juga dapat berbahaya. Sisi baik AI adalah ia mendefinisikan komputer yang lebih kuat dan berharga, memperkenalkan antarmuka baru dan lebih baik untuk interaksi manusia, mengajarkan teknik baru untuk memecahkan masalah baru, dan meningkatkan efisiensi kerja. Oleh karena itu, mengurangi durasi waktu untuk menyelesaikan tugas dibandingkan dengan manusia.
Di sisi lain, risiko merusak dari kecerdasan buatan memperkenalkan bias ke dalam algoritme pengambilan keputusan. Sistem AI belajar dari kumpulan data tempat mereka dilatih, dan bergantung pada bagaimana kompilasi ini terjadi, ada potensi kumpulan data untuk mencerminkan asumsi atau bias. Bias ini kemudian dapat mempengaruhi sistem pengambilan keputusan.
Selain algoritme berkualitas tinggi, kekuatan sistem AI juga terletak pada ketersediaan kumpulan data berkualitas tinggi. Perusahaan yang terlibat dalam kecerdasan buatan semakin berubah menjadi serakah mengenai data masyarakat: itu tidak pernah cukup, dan apa pun dibenarkan untuk mencapai hasil yang lebih baik. Risikonya, misalnya, adalah bahwa perusahaan membuat profil pengguna yang semakin jelas dengan ketepatan yang semakin tinggi dan bahwa sumber daya ini juga digunakan untuk tujuan politik.