Dua belas fakultas dan sekolah yang ada di ITB berkomitmen memperkuat kolaborasi untuk mendukung tujuan keberlanjutan global. Kolaborasi yang sudah terjalin dalam bentuk penelitian dan program kuliah bersama akan diperluas di bidang lain supaya makin berdampak ke masyarakat luas.
Dua belas fakultas dan sekolah di ITB ini menegaskan komitmen mereka dalam collaborative talkshow bertajuk “Education Ecosystem for Sustainnable World” yang berlangsung di Auditorium Nemangkawi, SBM ITB, Bandung, Jumat (6/1).
Talkshow tersebut merupakan rangkaian acara perayaan ulang tahun SBM ITB yang ke-19.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiwsaan ITB yang sekaligus Plt Dekan SBM ITB, Prof. Dr. Ir. Jaka Sembiring, M.Eng mengatakan, semua fakultas di ITB sudah mengantisipasi perkembangan keberlanjutan global dalam pendididikan dan pengabdian kepada masyarakat. SBM salah satunya, telah bekerjasama dengan banyak mitra dari dalam dan luar negeri menggali prinsip-prinsip dan penerapan bisnis berbasis environmental, sustainable and governance (ESG).
“Kerjasama penting diawal implementasi dari ESG dan SDGs (Sustainable Development Goals),” kata Jaka saat memberikan sambutan talkshow. “Ini pintu masuk bagi kita berkolabroasi bersama di berbagai bidang.”
Dekan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Prof. Endah Sulistyawati, S.Si., Ph.D., mengatakan iklim kolaborasi antar fakultas dan sekolah di ITB sudah terjalin lama. Bahkan dalam dua hari terakhir, menurut Endah, dirinya dan beberapa dekan sedang sibuk membahas proposal riset yang melibatkan mahasiswa dari berbagai fakultas. “Tapi memang belum ideal dan masih perlu dikembangkan,” ujar Endah.
Dekan SBM ITB periode 2011-2020, Prof. Sudarso Kaderi Wiryono, Dr., DEA, mengamini kolaborasi di bidang riset antar fakultas di ITB sudah banyak dilakukan. Yang mungkin perlu diperkuat adalah, kata Sudarso, kolaborasi pengabdian kepada masyarakat dan harus berdampak. Sudarso mengusulkan beberapa fakultas membuat startup bersama. “SBM nanti bisa mendukung bagian bisnisnya. Kami bisa bantu aspek legal dan komersial atau mencarikan partner agar menjadi satu industri yang lebih besar dan jadi milik ITB,” ujar Sudarso.
Dekan Sekolah Farmasi, Prof. apt. I Ketut Adnyana, Ph.D., mencontohkan, Sekolah Farmasi dan SBM baru saja merampungkan studi kelayakan bersama tentang pre-clinical laboratorium untuk BUMN farmasi, Biofarma. Sekolah Farmasi, kata Ketut, juga telah menelurkan produk berupa konsep ketahanan bahan baku lokal untuk industri farmasi nasional dengan Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari ITB. “Sekarang kami sedang minta bantuan SBM untuk melakukan riset pasar. Apakah ini bisa diterima apa tidak,” kata Ketut. “Kami berharap kita punya ketahanan dan kemandirian di bidang kesehatan dalam bentuk subtitusi impor bahan baku. Saat ini hampir 100% bahan baku farmasi kita impor.”
Talkhsow menghadirkan dua belas dekan fakultas dan sekolah yang ada di ITB. Selain tiga dekan di atas, hadir pula Wakil Dekan Bidang Akademik Ilmu Teknologi Kebumian Agus M. Ramdan, Ph.D., yang mewakili Dekan FITB; Dekan Fakultas Matematika dan IPA Prof. Wahyu Srigutomo, S.Si., M.Si., Ph.D.; Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Dr. Andryanto Rikrik Kusmara, S.Sn., M.Sn.; Dekan Fakultas Teknik Industri Prof. Brian Yuliarto, Ph.D.; Dekan Teknik Mesin Dirgantara Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T.; Dekan Teknik Sipil Lingkungan Edwan Kardena, Ph.D; Dekan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Dr. Tutun Juhana, S.T., M.T.; Dekan Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebiakan Dr. Sri Maryati, S.T., MIP.; dan Dekan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Prof. Ir. Ridho Kresna Wattimena, M.T., Ph.D., IPU. D.
Dua belas fakultas tersebut berjanji akan memperdalam kolaborasi mereka. Mereka sepakat untuk memberikan dampak yang lebih besar bagi masyarakat dalam lingkup keberlanjutan global untuk kemajuan bersama.