Keuletan Gatot Yudoko mengerjakan banyak tanggungjawab secara profesional tak lepas dari kerja keras masa lalunya. Kini, dosen Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung itu memegang tiga tanggugjawab sekaligus: Ketua Senat Sekolah SBM, Ketua Kelompok Keahlian Manajemen Operasi SBM ITB, dan salah satu perwakilan SBM di Senat Akademik ITB (Institut Teknologi Bandung).
Di Senat Akademik ITB, ia ditugaskan di Komisi 1 yang membidangi pendidikan, untuk membahas kebijakan akademik ITB. Selain itu Gatot masih kerap terlibat dalam kepanitiaan ad hoc.
Gatot Yudoko memang telah terbiasa dengan tuntutan tanggung jawab, kerjasama, serta menghadapi kesulitan. Semasa kecil Gatot tinggal di kota kecil, Boyolali, Jawa Tengah.
Teman-temannya di sekolah dasar banyak yang bertelanjang kaki. Sekolahnya tidak memperkenankan siswa memakai sandal. Pilihannya cuma dua, bersepatu atau bertelanjang kaki sekalian. Banyak teman SD Gatot tak melanjutkan sekolah dan memilih beternak.
“Kalau pulang sekolah, saya bermain dengan teman-teman saya dan membantu ngarit bersama teman-teman,” kata Gatot ketika ditemui di Bandung, Senin (10/1).
Tempat tinggal Gatot di Boyolali saat itu susah air. Ketika kemarau panjang, Gatot kadang-kadang harus mengambil air ke sungai dengan ember. Meski melelahkan, ia menikmati kegiatan tersebut. Ia melakukannya dengan teman-teman sekampungnya.
Ketika melanjutkan sekolah di tingkat menengah pertama (SMP), rumah Gatot dan sekolah berjarak dua kilometer. Gatot pulang-pergi dengan berjalan kaki bersama-sama dengan teman-temannya. Kemudian ketika orang tuanya sudah mampu, baru ia dibelikan sepeda untuk bepergian. Selama empat tahun, di tingkat SMP dan tahun pertama di SMA, ia belajar di rumah menggunakan lampu minyak. Saat itu listrik belum masuk ke desanya.
Selepas SMA, pada 1980, Gatot masuk ITB. Setelah menyelesaikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB), maka tahun ke dua, Gatot memilih Departemen Teknik Industri dan menyelesaikan studinya pada tahun 1985. Ketua Departemen Teknik Industri saat itu mengajak Gatot menjadi dosen di almamaternya.
Gatot Yudoko tercatat mendapat beasiswa dari Environmental Management Development in Indonesia (EMDI) dari Pemerintah Kanada. Nasehat almarhum Dr. Surna Tjahja Djajadiningrat (Asisten Menteri Lingkungan Hidup) telah mengantarkan Gatot bersekolah di University of Waterloo, Kanada. Di kampus itu Gatot menggondol gelar master manajemen sains dan doctoral di perencanaan.
Pencapaian itu tentu terbilang istimewa dibandingkan teman-temannya di Boyolali dulu. Menurut Gatot, apa yang dia capai saat ini tak lepas dari fondasi nilai pendidikan yang ditekankan oleh ayahnya.
Ayah Gatot adalah seorang guru SMA, yang berpesan agar Gatot bersekolah sampai ke jenjang tertinggi. Setelah menyelesaikan program doktornya pada tahun 2000 dan ITB berubah statusnya dari perguruan tinggi negeri menjadi perguruan tinggi badan hukum milik negara (BHMN), dan terjadi reorganisi kelompok keahlian, Gatot pada pada 2005 pindah ke Sekolah Bisnis dan Manajemen.
Mengenai bidang keahliannya, Strategi Operasi, Gatot memaparkan bahwa bidang ini telah berkembang dengan mempertimbangkan aspek lingkungan atau keberlanjutan, yakni Strategi Operasi Berkelanjutan (Sustainable Operations Strategy). Bidang tersebut terkait dengan strategi keunggulan operasi pada berbagai entitas organisasi, profit atau non-profit.
Pada dasarnya bidang strategi operasi terbagi ke dalam kelompok isi keputusan strategis (content) dan proses perumusan strategi operasi. Kelompok isi keputusan strategis berisi tentang keputusan struktur (hardware) dan infrastruktur (software). Keputusan struktural mencakup kapasitas, fasilitas, teknologi proses, dan rantai pasok. Sedangkan keputusan infrastruktur terdiri dari dari kebijakan, sistem, dan standar yang digunakan oleh perusahaan, misalnya tentang kualitas, pengembangan produk dan layanan, rencana operasi dan persediaan, pengukuran kinerja, dan organisasi.
Adapun mengenai kegiatannya di Senat SBM, adalah terkait dengan memberikan panduan dan arahan norma-norma akademik bagi Dekanat dalam menjalankan kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi, memberikan arahan dan menyetujui Renstra (Rencana Strategis) dan RKA (Rencana Kerja dan Anggaran), memberikan arahan dan persetujuan kurikulum baru, memberikan rekomendasi usulan promosi jabatan fungsional untuk para dosen, serta memberikan pertimbangan-pertimbangan yang dibutuhkan oleh Dekanat.
Setelah melihat ke belakang, Gatot berpendapat, di samping rencana yang dibuat serta kerja keras, doa kepada Tuhan adalah segalanya. Tanpa rida Tuhan, Gatot yakin tidak akan bisa sampai bersekolah di Kanada hanya dengan mengandalkan kemampuan saja.
Gatot Yudoko yang gemar membaca kini menikmati media yang menurutnya lebih menyenangkan, misalnya seperti video streaming. Ia menggemari topik-topik yang terkait dengan bidangnya, seperti bisnis, manajemen, kemajuan teknologi, dan teknologi baru.
Menurutnya, kesukaan ini didasari oleh kesadaran untuk beradaptasi dalam merespon perkembangan zaman. Hal ini pula yang membuatnya berpesan agar kita beradaptasi dan pantang menyerah, khususnya bagi generasi mendatang yang akan mengalami hal-hal baru dalam kehidupannya yang tidak dialami pada zaman-zaman pendahulunya.