Mendirikan suatu usaha adalah mimpi dari banyak mahasiswa SBM ITB. Membangun usaha butuh kerja keras hingga menjadi sukses dan berkembang pesat.
Contoh impian dan kerja keras itu terlihat dalam kuliah Teknologi Inovasi Bisnis pada Kamis (26/1). Kegiatan belajar mengajar diisi dengan sesi berbagi oleh presiden direktur dan direktur keuangan perusahaan yang didirikan oleh mahasiswa dan alumni SBM ITB.
Pendiri dan Presiden Direktur Hear Me, Athalia Mutiara Laksmi, berbagi pengalamannya mendirikan perusahaan. Athalia adalah mahasiswa SBM ITB angkatan 2020.
Hear Me merupakan suatu aplikasi penerjemah bahasa isyarat pertama di Indonesia dengan tampilan animasi tiga dimensi dan langsung ditangani oleh juru bahasa isyarat. Aplikasi ini sudah diunduh oleh 10 ribu lebih orang dan dipakai di berbagai negara.
Hear Me bekerjasama dengan BRIN untuk memperluas fitur aplikasinya. Mereka juga bekerja sama dengan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin) Jawa Barat, untuk mengetahui dan mendekati target pasar.
Awal mula iden binsis Hear Me adalah, ketika Athalia melihat supir yang tuli dan membawa anaknya untuk menerjemahkan bahasa isyaratnya kepada penumpang. Hear Me kemudian mengikuti lomba untuk mendapat pendanaan sehingga bisa mempekerjakan orang yang memiliki spesialisasi di bidang teknologi untuk membuat aplikasinya.
Selanjutnya sesi kuliah diisi oleh Cody Kit, perusahaan yang mengajarkan keterampilan teknoligi dasar untuk anak-anak. Salsa dan Ardi, mahasiswa SBM ITB 2020, sebagai petinggi Cody Kit menjelaskan bisnis mereka.
Salsa dan Ardi mengatakan, Cody Kit muncul karena adanya pandangan bahwa pembelajaran coding itu sulit dan mahal. Maka mereka membuat semacam permainan untuk anak-anak yang mengasah pola berpikir komputasional.
Tim Cody Kit mencari pendanaan dengan mengikuti lomba, salah satunya Pertamuda, yang hadiahnya mencapai Rp 100 juta. Dari segi pemasaran mereka mencoba untuk masuk ke dalam pameran-pameran. Dari sini mereka bisa bertemu Menteri Pendidikan Singapura. Kini penjualan Cody Kit sudah mencapai ribuan.
Terakhir, sesi kuliah ditutup oleh Oki Earlivan, Pendiri Edulab. Oki adalah alumni SBM ITB angkatan pertama. Tidak hanya mendirikan perusahaan, Oki juga kini menjabat Direktur Keuangan Penerbit Oxford Strategy Review.
Menurut Oki, saat ini dia sedang terlibat proyek inovasi nanotechnology yang dibuat oleh mahasiswa teknik Oxford University, Inggris. Kampus memintanya mengembangkan proyek ini dan memasarkannya.
Oki juga mengaku sedang membuat perusahaan berbasis teknologi yang mampu mencatat emisi karbon yang dikeluarkan oleh seseorang per harinya. Ia berencana untuk mengenalkan konsep regulasi pajak karbon untuk masyarakat. Uang pajak tersebut 70 persennya akan menjadi tabungan masyarakat untuk membeli mobil listrik dan 30 persen untuk membangun kembali hutan-hutan yang sudah habis ditebang.
“Kita disini setelah lulus bukan untuk berdagang, namun mahasiswa SBM ITB setelah lulus adalah calon korporasi itu sendiri. Kita yang membuat korporasi dan perusahaan, bukan untuk kerja menjadi budak korporat. Tetap semangat,” kata Oki dalam kuliah tamu tersebut.