Pemerintah Kota Samarinda sedang berusaha keras menjadikan Samarinda sebagai smart city. Transformasi lewat digitalisasi merupakan salah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
Kepala Bidang Aplikasi dan Layanan E-Government Kota Samarinda Suparmin menjelaskan visi misi kotanya itu saat mengisi kuliah tamu Digital Business Innovation and Transformation untuk kelas Young Professional MBA di Gedung MBA ITB pada Selasa (7/2).
Suparmin mengatakan, tranformasi digital Samarinda ditandai dengan pembentukan Dinas Komunikasi dan Informatika pada tahun 2017. Pada tahun itu, semua layanan digital diintegrasikan dalam satu platform. Selanjutnya, pada tahun ini, Pemkot berencana meluncurkan super aplikasi bernama Samarinda Santer
Samarinda Santer sudah disiapkan sejak 2021. Seluruh layanan akan diintegrasikan dalam super aplikasi tersebut.
Pemkot berharap, dengan Samarinda Santer, proses pelayanan dapat berjalan lebih cepat dan mudah. Termasuk untuk penghimpunan pendapatan daerah, seperti retribusi daerah dan parkir.
“Keuntungan yang didapatkan dari digitalisasi sampai saat ini adalah peningkatan pendapatan asli daerah hingga Rp 2,7 triliun pada tahun 2022,” kata Suparmin. “Ditargetkan, PAD yang didapat meningkat hingga Rp 5 triliun pada tahun 2024.”
Suparmin mengakui penerapan digitalisasi pada Kota Samarinda menghadapi tantangan hebat. Pada awal proses digitalisasi banyak hal-hal yang harus diubah, terutama aparatur sipil yang berada dalam zona nyaman. Terjadi penolakan terhadap digitalisasi. Namu kini teknologi informasi yang dihadirkan terbukti memajukan Samarinda.