Pandemi covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina turut mengganggu rantai pasok perdagangan internasional. Salah satu komoditas perdagangan yang terganggu adalah produk susu. Selama dua krisis global tersebut, biaya dan waktu pengiriman produk jadi meningkat.
Melihat kondisi tersebut, Kalbe Nutritionals menempuh empat cara agar proses produksi mereka bisa beadaptasi dengan krisis global tersebut. Empat cara itu adalah meningkatkan proses standar operasional, peramalan stok atau kebijakaan hari inventaris, kontrol mekanisme dan pemenuhan pesanan.
Wakil Direktur Manajemen Rantai Pasok Kalbe Nutritionals Totok Kurniawan menjelaskan strategi perusahaan di tengah krisis global tersebut saat mengisi kuliah tamu Rantai Pasok Pangan Internasional di Gedung Freeport SBM ITB pada Senin (27/2). Dalam kuliah tersebut Totok memaparkan materi berjudul “Rantai Pasok Produk Susu Secara Global”.
Menurut Totok, rantai pasok ekspor yang terdiri dari tiga lapisan. Pertama logistik, lalu transaksional, dan pemerintah. Sementara alur rantai pasok impor terdiri dari empat saluran, yaitu komoditas, internasional, dana, dan kebijakan internasional.
Konsumsi susu masyarakat Indonesia, menurut Totok masih rendah. Konsumsi susu di Indonesia per kapita hanya sebanyak 200 mililter per hari. Sangat jauh dibandingkan Belanda yang konsumsi susu per kapita per harinya mencapai 4700 mililiter.
Menurut Totok, rendahnya konsumsi susu di Indonesia karena tidak ada budaya meminum susu seperti di negara lain. Namun ada hal menarik. India, negara yang tidak punya budaya konsumsi susu, malah masuk ke dalam peringkat produsen susu terbesar di dunia menurut data Organisasi Pangan dan Pertaninan (FAO) pada tahun 2018.