Banyak orang menganggap Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung sebagai sekolah yang ideal untuk belajar bisnis. Namun bagi sebagian orang, SBM ITB lebih dari sekadar sekolah bisnis; namun juga tempat di mana mereka menemukan tujuan mereka. Bagi Aria Bayu Pangestu salah satunya.
Aria adalah dosen SBM ITB yang memulai perjalanannya sebagai mahasiswa pada tahun 2007. Nasibnya berlanjut di SBM ITB saat mulai mengajar di almaamternya ini sejak tahun 2017. Saat wawancara dengan tim Marketing dan Komunikasi SBM ITB di Bandung pada Selasa (28/2), Aria tak sungkan menceritakan perjalanannya menjadi bagian dari keluarga besar SBM ITB. “Saya rasa, kembali ke SBM ITB sebagai pengajar adalah salah satu momen bahagia saya,” kata Aria. “Saya bertemu dengan banyak wajah yang familiar. Saya akhirnya bekerja bersama beberapa tutor dan dosen saya dulu. Senang rasanya bisa kembali dan bisa berkontribusi untuk almamater saya.”
Pengalaman Sebagai Mahasiswa Membentuk Pendekatan Mengajar Aria
Pengalaman sebaga mahasiswa SBM ITB memberikan nilai tambah bagi Aria sebagai dosen. Ia dapat memahami kedua sudut pandang, baik sebagai mahasiswa dan dosen. Selain itu, Aria juga berusaha menjalin hubungan baik dengan siswanya dengan meminta masukan dan mendengarkan keluh kesah mereka sehingga dapat mendesain program yang cocok untuk mereka.
“Generasi dan budaya sedang berubah, maka sebagai dosen kita perlu memahami kebutuhan dan harapan generasi saat ini,” Aria menjelaskan. “Satu hal yang selalu saya ingat ketika merancang silabus atau kegiatan untuk kelas adalah, menempatkan diri sebagai mahasiswa dan memikirkan kegiatan atau metode pengajaran seperti apa yang saya inginkan untuk topik tertentu.”
Setelah lulus dari SBM ITB, Aria sempat bekerja di Bank DBS dan PT Prima Indah Perwita. Dia sana ia menemukan passion sejatinya, mengembangkan orang lain. Gairah itulah membawa Aria kembali ke SBM ITB. Selain itu, Aria juga memahami bahwa ia membutuhkan kondisi kerja yang lebih dinamis. Menjadi dosen adalah salah satu cara agar pekerjaannya tetap dinamis.
“Saya tidak terlalu terbiasa mengerjakan hal yang sama berulang-ulang, dan menjadi dosen adalah cara menemukan dinamika karena setiap tahun saya bisa bertemu orang baru, mahasiswa baru, dan kasus baru,” tambah Aria. “Ini mungkin agak sentimental, tapi bagi saya, SBM terasa seperti rumah sendiri. Saya tidak terlalu melihat diri saya bekerja di universitas lain, apalagi SBM ITB cukup mendukung perkembangan dan passion saya.”
Mendefinisikan Masa Depan Pendidikan Sambil Menjaga Kultur
Aria merasakan sedikit perbedaan saat menjadi mahasiswa dan dosen SBM ITB. SBM berusaha keras untuk mempertahankan semangat dan prinsip pembelajarannya, yaitu menciptakan manusia yang adaptif dengan kreativitas dan pola pikir kewirausahaan. Namun, hal ini juga dapat berarti bahwa SBM berada di zona nyamannya.
“Saya ingat ketika pertama kali bergabung, SBM adalah satu-satunya sekolah yang memiliki mata kuliah Performance Arts dan mata kuliah bisnis praktis seperti Integrated Business Experience,” ujar Aria. “Tapi saat ini banyak sekolah bisnis yang memiliki program yang sama. Menurut saya, ini saatnya SBM berinovasi lagi, seperti para pendirinya dahulu mencoba menginovas pendidikan bisnis di Indonesia di tahun 2003.”
Untuk mendukung visi tersebut, Aria akan menempuh pendidikan S3 di Fakultas Seni dan Ilmu Sosial Universitas Malaya dengan fokus pada pengembangan masyarakat. Ia berharap dapat berkontribusi untuk SBM ITB dengan membawa pengetahuan barunya untuk mengembangkan beberapa mata kuliah.
“Sebagian besar mata kuliah yang saya ajar berkaitan dengan komunitas, seperti Study of Human Science dan Community Project. Dasar-dasar mata kuliah ini tidak berubah sejak saya menjadi mahasiswa, jadi mungkin setelah mendapatkan gelar Ph.D., saya bisa memperkenalkan beberapa pendekatan baru,” kata Aria.
Terakhir, Aria mendorong mahasiswa dan dosen untuk menikmati waktu mereka di SBM ITB, karena metode pembelajaran SBM ITB adalah tentang partisipasi dan bagaimana kita mengalami berbagai hal. Selain itu, Aria mengingatkan para dosen untuk lebih memperhatikan kebutuhan mahasiswa dan terus menilai seberapa selaras kebutuhan tersebut dengan rancangan program.
Kami berharap yang terbaik untuk Aria dalam program doktornya dan berharap untuk mendengar lebih banyak tentang kontribusinya di masa depan.