Holding BUMN sektor farmasi, Bio Farma, sedang mengembangkan ekosistem kesehatan secara end-to-end. Ekosistem itu mencakup penelitian dan pengembangan farmasi, manufaktur, distribusi hingga operasional ritel, klinik, dan laboratorium klinis.
“Ini sistem kesehatan end-to-end pertama di dunia. Tentunya terdapat tantangan dalam prosesnya,” kata Soleh Ayubi, Wakil Direktur Utama Bio Farma Group, saat mengisi kuliah tamu Digital Business Transformation buat kelas Executive Master of Business Administration angkatan 66 (EMBA 66), Program Studi MBA ITB secara virtual pada Selasa (7/3).
Menurut Soleh, beberapa tantangan mewujudkan sistem kesehatan end to end itu adalah dinamika antara riset yang dilakukan oleh perusahaan dengan yang dibutuhkan oleh pasar, inventori (kelebihan stok), hingga kelangkaan barang di pasar. Tantangan tersebut kemudian menjadi dasar bagi perusahaan untuk melakukan pengembangan bisnis digital.
Lebih lanjut, ekosistem kesehatan berbasis pengembangan digital itu, salah satunya melalui superapps. Superapps tersebut di antaranya MedBiz, Mediverse, dan Medwell.
MedBiz adalah B2B Marketplace Farmasi, untuk mempermudah distribusi obat dan alat kesehatan. Mediverse berfungsi sebagai evaluasi medis untuk berkonsultasi dengan dokter dan terintegrasi dengan apotek terdekat. Terakhir, Medwell sebagai Preventif Care yang merupakan bentuk kerjasama antara Google Cloud, FitBit, dan ConnectedLife.
Bio Farma berharap hadirnya berbagai superapps tersebut dapat membantu menjadi langkah preventif dan promotif. Hal tersebut dikarenakan maraknya isu-isu kesehatan yang terjadi di masyarakat yang semakin meningkat setiap tahunnya.
Bio Farma berharap digitalisasi ini tidak hanya sebagai enabler, dalam artian sebatas proses administratif, tapi menjadi tools dalam transformasi bisnis, agar proses bisnis yang terjadi dapat terlaksana secara efisien. Perusahaan berharap digitalisasi mampu menjembatani kebutuhan berbagai pihak yang terlibat, termasuk kebutuhan internal dari berbagai departemen perusahaan, maupun kebutuhan eksternal berupa kebutuhan pasar.
Selain superapps, transformasi bisnis digital yang lebih dulu dilakukan oleh Bio Farma ialah penggunaan AI Machine Learning. AI Machine Learning berguna di bidang Research Development dan manufaktur.
Pemanfaatan AI Machine Learning contohnya dapat digunakan untuk panen virus di waktu yang optimal dalam proses pengembangan vaksin polio, vaksin tetanus, dan vaksin covid. Hal tersebut memberikan pengaruh signifikan dalam proses produksi, yakni perusahaan dapat menghemat modal hingga 3-4%, juga mengurangi risiko kerja.
Bagi Soleh Ayubi, transformasi bisnis yang dilakukan oleh Bio Farma merupakan bentuk perwujudan tanggung jawab sebagai pemimpin untuk terus berkembang dengan berbagai tantangan yang ada.
“Adanya digitalisasi diharapkan mampu menjadikan Bio Farma sebagai penyedia sistem kesehatan masyarakat yang memberikan produk dan servis terbaik dengan harga yang terjangkau”, tambahnya.
Terakhir, digitalisasi bisnis yang sedang dikembangkan dapat diukur melalui aspek nilai bisnis yang diberikan. Bio Farma menjadikan nilai bisnis (business value) sebagai indikator pengukuran transformasi bisnis digital. Nilai bisnis perusahaan dapat diukur melalui peningkatan pendapatan perusahaan, efisiensi, pengalaman pelanggan, percepatan pengembangan produk, dan keamanan publik.
“Apabila satu dari lima indikator terpenuhi, maka bisnis yang diukur dapat dikatakan efektif. Namun, apabila tidak ada satupun indikator terpenuhi, maka program tersebut bermakna tidak memberikan dampak positif bagi perusahaan, maka program tersebut harus dihentikan,” jelas Soleh Ayubi.