Kuliah Analisis Lanskap Ekonomi dan Bisnis kelas Young Professional MBA ITB 67A kedatangan dosen tamu ahli energi, Lucky Nurrahmat, pada Rabu (5/4). Lucky adalah Chief Operating Officer Edufarmers International.
Lucky merupakan alumni Sarjana Teknik Institut Teknologi Bandung. Dia melanjutkan pendidikannya di Harvard Kennedy School jurusan Magister Public Administration, Energy, Economic & Financial Policy. Dia juga lulus dengan predikat Cum Laude dari TiasNimbas Business School Universitas Tilburg, Belanda.
Pada kesempatan ini Lucky membahas tentang industri energi, dengan judul presentasi “Microeconomic Sectoral Outlook: Energy”. Industri energi mencakup berbagai kegiatan yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi berbagai bentuk energi. Di antaranya bahan bakar fosil, tenaga nuklir, energi terbarukan, dan listrik. Sektor ini memainkan peran penting dalam masyarakat modern, menggerakkan segalanya mulai dari rumah dan bisnis hingga transportasi dan industri.
Industri energi terus berkembang, dengan teknologi dan inovasi baru muncul setiap saat. Salah satu tren paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir adalah pergeseran ke sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan tenaga air. Pergeseran ini didorong oleh kekhawatiran atas perubahan iklim, serta keinginan untuk kemandirian dan keamanan energi.
Namun demikian bahan bakar fosil seperti minyak, gas alam, dan batu bara, secara tradisional masih mendominasi industri energi. Sumber daya ini terbatas dan tidak dapat diperbarui. Ekstraksi serta penggunaannya dapat menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan, seperti polusi udara dan air, emisi gas rumah kaca, dan perusakan habitat.
Produksi, distribusi, dan konsumsi energi juga memiliki implikasi ekonomi dan geopolitik yang signifikan. Industri energi adalah salah satu sektor ekonomi global terbesar dan paling menguntungkan. Perusahaan multinasional dan pemerintah bersaing untuk menguasai sumber daya dan infrastruktur utama. Persaingan ini dapat menimbulkan konflik dan ketegangan antar negara, serta kekhawatiran akan keamanan dan akses energi.
Ada beberapa alasan mengapa bahan bakar fosil tetap menjadi sumber energi yang dominan. Pertama, mereka melimpah dan relatif mudah untuk diekstraksi dan diangkut, terutama dibandingkan dengan teknologi yang lebih baru seperti matahari dan angin. Kedua, mereka masih lebih murah dan hemat biaya daripada banyak sumber energi terbarukan, terutama di negara-negara di mana subsidi dan kebijakan pemerintah tidak mendukung pengembangan energi terbarukan. Ketiga, infrastruktur dan teknologi untuk penggunaan bahan bakar fosil sudah ada dan mapan, sehingga sulit dan mahal untuk beralih ke sumber energi yang lebih baru.
Namun, penggunaan bahan bakar fosil terus-menerus memiliki konsekuensi lingkungan yang signifikan. Pembakaran bahan bakar fosil melepaskan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer, berkontribusi terhadap perubahan iklim dan polusi udara.
Penting bagi pemerintah, bisnis, dan individu untuk terus berinvestasi dan beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Ini melibatkan kombinasi inovasi teknologi, perubahan kebijakan, dan perubahan perilaku, untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memitigasi dampak lingkungannya.