Muhamad Nur Awaludin, Co-Founder sekaligus CEO Fammi, berkesempatan untuk mengisi sesi Mentoring Industri yang bertajuk “Build, Measure, and Learn Process” pada Jumat (12/5). Sesi mentoring ini merupakan salah satu rangkaian acara inkubasi bisnis milik SBM ITB, yaitu The Greater Hub.
Muhamad Nur Awaludin, atau yang kerap disapa Mumu, memaparkan sebuah framework bernama ‘Lean Startup’. Framework ini menjelaskan bahwa suatu proses pengembangan bisnis berjalan dalam sebuah perputaran build, measure, dan learn process.
Framework ini telah membawa Kakatu (startup Mumu sebelum Fammi) meraih banyak penghargaan, dan perubahan signifikan, seperti saat melakukan pivot dan berubah menjadi Fammi. Tak ayal bahwa CEO dari startup education parenting ini sangat merekomendasikan peserta The Greater Hub untuk mengimplementasikan Lean Startup pada startup masing-masing.
Walaupun strategi Lean Startup ini terlihat mudah untuk dilakukan, Mumu menjelaskan bahwa tantangan sebenarnya adalah untuk bisa mendapatkan hasil informasi yang tepat, sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Maka dari itu ia mengatakan, startup harus dekat dengan user, sehingga bisa melakukan validasi dengan cepat dan tepat. “Lean Startup ini sangat berkaitan dengan validasi user. Jadi sangat penting untuk bisa dekat dengan mereka,” ucap Mumu.
Berkaitan dengan hal tersebut, Mumu membagikan hal-hal yang perlu diperhatikan supaya bisa dekat dengan customer, atau yang biasa ia sebut “Empathy Map”. Empathy Map membentuk pemikiran kita untuk melihat user melalui beberapa perspektif, yang telah dirangkum menjadi empat perspektif, terdiri dari (1) Katakan, (2) Lakukan, (3) Rasakan, dan (4) Pikirkan.
“Manusia merupakan mamalia yang kompleks, sehingga kita harus bisa melihatnya melalui beberapa perspektif,” ucap Mumu.
Karena user kita merupakan mamalia yang kompleks, kita harus bisa mendengarkan apa yang biasa mereka obrolkan. Obrolan ini akan mengantarkan kita pada kebiasaan mereka, kegiatan yang biasa mereka lakoni setiap harinya. Dan berasal dari obrolan dan kebiasaan mereka, kita bisa tanyakan pada diri kita sendiri, hal apa yang membuat mereka khawatir? Atau hal apa yang membuat mereka bersemangat? Keseluruhan hasil tersebut bisa dianalisis lebih lanjut dengan menganalisa alasan yang melatar belakangi user, bisa berlaku seperti yang di observasi.