SBM ITB dan MarkPlus Institute mendatangkan dua pembicara top untuk mengisi kuliah Strategic Marketing bagi mahasiswa eksekutif program MBA di ITB Kampus Jakarta, (6/6). Kuliah bertajuk social entrepreneurship dan sustainable business tersebut diisi oleh Rhenald Kasali dan Agus P. Sari.
Sustainable business atau green economy memerlukan sustainable development dalam prosesnya. Sustainable development adalah suatu perkembangan di mana generasi yang akan datang memiliki kesempatan yang sama dalam pembangunan.
Saat ini, keragaman hayati sudah mengalami ancaman kepunahan dengan adanya polusi di darat, laut, dan eksploitasi yang berlebihan. Begitu juga dengan lingkungan yang sudah mengalami krisis berupa perubahan cuaca ekstrim, polusi air, polusi udara, maupun banjir.
Tidak seperti bisnis lama yang hanya mementingkan keuntungan keuangan, unsur sumber daya alam ini juga turut perlu diperhatikan dalam penerapan bisnis yang berkelanjutan. Perusahaan-perusahaan yang memperhatikan aspek sustainability dalam bisnis yang dijalankan akan memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, dapat menjangkau market yang premium; lebih menarik bagi investor karena memenuhi kriteria tertentu dan terkesan lebih bertanggungjawab; dan sebagai bagian dari pengembangan perusahaan karena pendapatan semakin meningkat.
“Pertumbuhan sustainable economy mungkin hanya sekitar 5% atau lebih rendah dari bisnis biasanya. Tetapi ajeg, terus growth, karena yang dihasilkan, kemudian diinvestasikan ke social asset. Misalnya fasilitas umum seperti taman baca”, ujar Agus.
Bisnis yang berkelanjutan juga memiliki keunggulan lebih efisien karena mengurangi kebutuhan energi, dan mengurangi sampah yang dihasilkan. Selain sumber daya alam, hal lain yang perlu diperhatikan dalam bisnis berkelanjutan adalah aspek sumber daya sosial atau masyarakat.
Masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat salah satunya dapat diselesaikan melalui kewirausahaan. Hal ini kemudian disebut social entrepreneurship. Social entrepreneurship diharapkan sebagai inovasi bagi diri sendiri agar bisnis terus bertahan, maupun inovasi bagi masyarakat sebagai solusi atas permasalahan sosial.
Rhenald Kasali, social entrepreneur yang mendirikan Yayasan Rumah Perubahan sejak 2014, menambahkan bahwa social entrepreneurship tidak hanya sebagai solusi atas permasalahan sosial, tetapi juga harus memberikan makna untuk sekitar. Oleh karena itu, social entrepreneurship tidak hanya sebatas menyelesaikan masalah sosial atau mengembangkan komunitas, tetapi juga menerapkan ilmu sains yang terus berkembang kepada masyarakat.
“Jadi, masyarakat tidak hanya merasakan manfaat yang cuma-cuma, tetapi juga ikut merasakan manfaat dari teknologi yang berkembang”, tambah Rhenald.