Pendidikan dipercaya sebagai salah satu jalan untuk mengembangkan kehidupan. Hal tersebut tercermin dari peningkatan animo masyarakat melanjutkan pendidikan tinggi dari tahun ke tahun. Untuk menjawab kepercayaan itu, setiap institusi pendidikan perlu memberikan jaminan mutu agar dapat terjadi peningkatan di setiap pembelajarannya.

Menurut Ketua Komite Penjaminan Mutu dan Akreditasi/Gugus Kendali Mutu SBM ITB, Achmad Ghazali, S.T, M.A.B, Ph.D, jaminan kualitas institusi pendidikan itu diperlukan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat. Untuk itulah, kata dia, SBM ITB mengambil standar penjaminan mutu yang setara kampus dengan internasional, yakni standar AACSB.

Achmad Ghazali menjelaskan tentang jaminan mutu pendidikan itu saat mengisi Sharing Session bertajuk “Developing Quality Assurance For The Future: The Past, Current and future of AACSB Journey” yang digelar oleh SBM ITB di Labtex XIX – SBM ITB, Bandung (9-10/8). Acara tersebut dihadiri oleh dosen-dosen dari sekolah bisnis se-Indonesia.

“Kita masih beruntung karena masyarakat Indonesia masih percaya bahwa lewat pendidikan, seseorang bisa berkembang. Dengan demikian, kita harus memiliki standard pembelajaran yang berkualitas. Jangan sampai masyarakat kecewa dan enggan untuk melanjutkan pendidikan di universitas karena sudah ada pembelajarannya lewat youtube,” tuturnya.

Kunci bertahannya kualitas pendidikan berada pada pengawasan kinerja operasional sumber daya yang dimiliki. Terutama pada sumber daya manusia. Diperlukan berbagai macam cara dan kriteria agar proses belajar mengajar menjadi efektif dan menghasilkan manfaat bagi setiap mahasiswa. Oleh karena itu, penggunaan data yang terintegrasi adalah bagian penting dari sistem pendidikan.

Achmad mengibaratkan kesadaran akan pentingnya data ini seperti kesadaran akan banyaknya sisi berlian yang terasah agar dapat menghasilkan cahaya yang berkilau. Begitu pula sistem pendidikan yang baik, institusi pendidikan perlu mengasah berbagai kriteria yang menunjang mahasiswa agar dapat berdampak bagi lingkungannya.

Namun demikian institusi pendidikan perlu mengetahui jebakan dalam data. Menurut Achmad, dilema pendataan adalah titik optimal standar data yang dikumpulkan dan dianalisa. Kekurangan ataupun kelebihan kriteria akan menimbulkan kebingungan bagi tim penjaminan mutu. Jika kekurangan data, kita tidak bisa dengan mudah mengambil keputusan dengan optimal. Begitupun sebaliknya, data yang berlebihan membuat sistem tidak efektif dan efisien.

Selain itu, permasalahan yang mungkin muncul dalam sistem pendidikan adalah pendataan yang belum terintegrasi. Data yang tercatat disimpan dan dipegang secara silo. Akhirnya terjadi duplikasi sehingga apa yang telah masuk akan dibuang begitu saja.

Menurut Achmad, pentingnya pola pikir, kepedulian serta prinsip kolegial terhadap sentralisasi data lewat dibentuknya kebijakan mengenai kodifikasi yang dapat diterima oleh semua pemangku kepentingan. Hal ini perlu dilakukan agar tindakan tidak menjadi sia-sia dan memberikan manfaat bagi semua pihak.

Menurut Achmad, pentingnya pola pikir, kepedulian serta prinsip kolegial terhadap sentralisasi data lewat dibentuknya kebijakan mengenai kodifikasi yang dapat diterima oleh semua pemangku kepentingan
Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021