Storytelling dipercaya sebagai sarana kunci untuk menyampaikan nilai pada orang lain. Dengan tersampaikannya nilai, orang lain diharapkan tergerak dan mau membeli produk yang kita miliki. Lalu bagaimana caranya membuat storytelling? Dari mana kita memulainya?
Organisasi mahasiswa lintas jurusan Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung Kampus Jakarta, E-Club, berusaha menjawab keresahan tersebut dengna menggelar diskusi internal bertajuk “Exploring the Unique Storytelling Strategies of HMNS” di Jababeka Lounge, Gedung Graha Irama, Jakarta, pada Rabu (1/11). Founder HMNS, Rizky Arief Dwi Prakoso mengisi diskusi tersebut dengan membagikan pengalamannya membesarkan HMNS, perusahaan parfum lokal Indonesia.
Storytelling HMNS, kata Rizky, berawal dari projek pertamanya dalam membuat kampanye bertema lelaki jentelmen. Dari tema ini, Rizky dipacu untuk menyampaikan pesan positif kepada pria-pria di luar sana yang mau berkorban dan berhenti merokok demi kepentingan anak dan keluarganya. Cerita tersebut tersampaikan dengan efektif pada masyarakat sehingga akhirnya menjadi populer di lingkungan masyarakat. Dari sini, Rizky menyadari bahwa jika kita punya kemampuan untuk bercerita, kita mampu menjual berbagai hal.
Pada tahun 2019, Rizky melihat banyak orang sudah mulai percaya dengan produk lokal. Founding Partner dari Efektif Kreatif ini pun mencoba membentuk kampanye yang sesuai dengan karakteristik yang ada di dalam benak target pasarnya.
Dari titik awal ini, Rizky berusaha untuk keluar dari stereotip industri parfum dengan menyajikan pesan bahwa model dari sebuah parfum tidak harus selalu artis Hollywood saja. Model parfum pun bisa diangkat dari orang yang ada di sekitar kita karena merekalah representasi dari kita yang sesungguhnya.
“Bagian terpenting dari pembuatan storytelling adalah bagaimana caranya kita mengkonstruksikan cerita dan menyampaikan pesan tersebut pada orang-orang,” kata Rizky, alumni Tenkik Geologi ITB. “Di tengah hiruk-pikuk noice di media sosial, hal utamanya adalah mengeliminir sebagian besar kebisingan tersebut dan mengambil sudut pandang kunci yang cocok dan bisa diangkat sebagai prioritas cerita.”
Setelah mengambil sudut pandang tersebut, Rizky pun melanjutkan persiapannya dengan pemantapan sudut pandang tersebut lewat pengujian sederhana di sosial media berikut teman-teman terdekatnya. Dengan melihat respon dari kerabatnya, Rizky dapat menguji ketertarikan ataupun ketidaktertarikan dari orang-orang yang memiliki kesamaan persona dengan target pasarnya.
Menurut Rizky, ada baiknya apabila kita membuat sudut pandang cerita yang jujur dan memiliki kedekatan dengan banyak orang. Walaupun ideal itu baik, banyak orang yang lelah dengan cerita yang tidak bisa dia rasakan. Dengan demikian, dalam pembuatan setiap kampanye, HMNS selalu membangun cerita lewat interaksi dengan konsumen berikut komunitas yang telah terbangun bersama di awal-awal usahanya.
Berlandaskan interaksi, produk yang dibuat bisa lebih diapresiasi oleh banyak orang dalam waktu yang lama. Di mana saat nilai-nilai diberikan, itu bisa masuk ke dalam benak orang-orang, secara otomatis “wangi”-nya akan menyebar dengan baik pada orang orang di sekitarnya.
Rizky menyadari perlu waktu dan percobaan untuk bisa menghasilkan satu jalan cerita yang baik. Dengan alur cerita yang baik, diharapkan media sosial tidak hanya dipergunakan sama seperti papan iklan yang kita lihat di masa lampau semata. Tetapi juga diharapkan dapat mencurahkan isi hati dan pemikiran kita pada teman-teman.