Empat mahasiswa jurusan Kewirausahaan ITB yang berhasil lolos ke Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) berbagi pengalamannya di Sharing Session With Wirussian Awardee IISMA 2023 (22/11) yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa Kewirausahaan (IMK) ‘Artha’ SBM ITB, di kampus SBM ITB. IISMA adalah skema beasiswa Pemerintah Indonesia untuk mendanai program mobilitas pelajar Indonesia ke universitas di luar negeri.
Program ini tersedia untuk mahasiswa sarjana S1 dari semester 4 hingga 7 untuk belajar di universitas terbaik di dunia, menjalani budaya yang berbeda, dan membuat jaringan internasional untuk masa depan. Skema ini dikelola secara terpusat oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud) dan terbuka untuk mahasiswa sarjana dari seluruh perguruan tinggi Indonesia.
Keempat mahasiswa tersebut adalah Aditya Putera Pamungkas (Hanyang University, South Korea), Amanda Eleanora Rotua Angeline Sinaga (The University of Western Australia, Australia), Deby Abilya Linardo (Lancaster University, United Kingdom), dan Qiraina Febe Hotmida (University of Pisa, Italy)
“Pada tahun ini, terdapat dua skema penerimaan IISMA, yaitu skema reguler dan co-funding,” ujar salah satu awardee.
Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada tanggung jawab finansial awardee. Bagi yang memilih skema reguler, semua biaya akan dicover oleh IISMA. Sementara co-funding melibatkan mahasiswa untuk ikut serta dalam pembiayaan beberapa aspek, termasuk Visa Fee, Local Transportation Fee, Health Insurance, dan Settlement serta Living Allowances. Pilihan skema ini memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan finansial mereka.
Persiapan IISMA
Dalam memilih universitas tujuan, para awardee menyarankan untuk membuat daftar prioritas berdasarkan berbagai faktor, seperti peringkat universitas, lokasi, dan program studi yang ditawarkan. Selain itu, peserta juga perlu mempertimbangkan kemampuan akademiknya, skor EPT (English Proficiency Test), dan jumlah pelamar di universitas tersebut.
Mereka menekankan bahwa tidak semua universitas menerima semua jenis EPT. Maka dari itu, perlu riset mendalam tentang persyaratan setiap universitas terkait jenis EPT yang diterima. Keputusan ini sangat berdampak pada peluang diterima di universitas tujuan. Qiraina misalnya, salah satu awardee, membagikan kunci suksesnya dalam penulisan essay.
“It’s important to find up your way,” ungkapnya, menyoroti pentingnya memiliki tujuan yang jelas dan mencerminkan diri secara autentik yang membedakan dirinya dari peserta lain.
Selain itu, diperlukan membangun cerita secara jelas dan terstruktur. Esai dapat menjadi lebih persuasif dengan memberikan gambaran komprehensif tentang potensi, dan kontribusi yang dapat dibawa oleh para awardee. Pendekatan ini memudahkan mereka untuk merinci situasi, tugas yang diemban, tindakan konkret yang diambil, dan hasil yang diharapkan, sehingga memperkuat persuasi dalam aplikasinya.
Pengalaman Awardee
Bagi awardee IISMA, mereka akan mengikuti berbagai acara di universitas masing-masing. Salah satu acara utama yang diikuti adalah Batik Challenge, di mana mereka merayakan Hari Batik Nasional di luar negeri, melalui kegiatan ini mereka turut mempromosikan kekayaan budaya Indonesia. Selain itu, acara peringatan Hari Pahlawan dan Sumpah Pemuda seringkali melibatkan pertunjukan dan aktivitas yang menghormati sejarah dan nilai-nilai nasional.
Selain fokus pada aspek akademik, kegiatan non-akademik IISMA juga mendukung mereka untuk menjelajahi berbagai pengalaman di luar kelas, membantu mereka tumbuh dan berkembang dalam bidang kepemimpinan, keterlibatan masyarakat, dan pemahaman mendalam terhadap budaya global.
Bagi mereka IISMA bukan hanya tentang pencapaian akademik, tetapi juga tentang perjalanan pribadi, pemahaman budaya, dan pengembangan diri. Program ini menjadi sebuah wadah yang memberdayakan mereka untuk tumbuh dan berkembang secara holistik di tengah lingkungan multikultural.