Untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi dan investasi di Jawa Barat, perlu adanya strategi yang dapat membuat proses perdagangan terlaksana dengan baik. Realisasi investasi di Jawa Barat sebetulnya masih tinggi. Namun hal itu tak dibarengi dengan penyerapan tenaga kerja yang mengalami penurunan setiap waktunya. Sehingga perlu adanya peningkatan fokus pada konsumsi domestik, kualitas sumber daya manusia, implementasi teknologi informasi, dan penguatan keberlanjutan usaha.
Hal itu terungkap dalam seminar bertajuk “West Java Economy Outlook 2024” yang diselenggarakan oleh Harian Bisnis Indonesia Hotel Savoy Homann Bandung, pada Jumat (8/12). Turut hadir sebagai pembicara seminar adalah Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Erwin Hutapea, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Noneng Komara Nengsih, Ketua APINDO Jawa Barat Ning Wahyu Astutik, dan Pengajar SBM ITB Raden Aswin Rahadi
Menurut Raden Aswin, laju perekonomian Jawa Barat dalam beberapa tahun terakhir merupakan efek dari massifnya digitalisasi perbankan dan keuangan. Digitalisasi dalam industri keuangan merupakan dampak dari pandemi COVID-19 yang mempercepat penetrasinya di industri keuangan. Dukungan pemerintah juga turut mempercepat digitalisasi pada industri keuangan.
Efeknya, gara-gara digatalisasi, pemberian pinjaman semakin besar. Penilaian kredit juga bisa dilakukan lebih depat dengan penggunaan teknologi digital. Kini, nyaris semua orang yang sudah tersambung dengan layanan perbankan telah menggunakan perbankan digital. Digitalisasi dalam industri keuangan ini menurut Raden Aswin juga membantu dunia usaha untuk mengakses layanan keuangan lebih mudah dan cepat.
Namun demikian, Raden Aswin menyoroti masih ada tantangan dalam digitalisasi keuangan di Indonesia. Khususnya di daerah pelosok. Masih banyak masyarakat di daerah tersebut yang belum terbiasa menggunakan telepon pintar dan alat digital lain. Jaringan internetnya juga belum terhubung dengan baik. Dua hal tersebut harus berjalan secara paralel jika ingin meningatkan digitalisasi keuangan, sehingga perlu adanya pengembangan jaringan internet dan infrastruktur dengan baik. Mahasiswa SBM ITB, menurut Raden Aswin, bisa menjadi agen perubahan untuk mengatasi tantangan tersebut. Salah satunya dengan ikut mengembangkan digitalisasi lewat program pengabdian masyarakat.