Hampir 14 tahun bersama SBM ITB Kampus Jakarta Yos Sunitiyoso, Ph.D masih terus memberikan kontribusinya kepada institusi. Sejak bergabung pada bulan Januari 2010, Yos telah melewati berbagai dinamika perjalanan dan proses bertumbuhnya SBM ITB di Jakarta.
“Saya senang bisa memberikan kontribusi terhadap pengembangan SBM ITB di Jakarta. Sebuah perjalanan yang tidak mudah dan banyak tantangan,” kata Yos, Ketua Program Studi Magister Administrasi Bisnis SBM ITB Jakarta, kepada Tim Marketing dan Komunikasi SBM ITB pada Rabu (29/11).
Yos mengaku merasa lega dan bangga telah diberikan kesempatan oleh SBM terlibat dalam pengembangan institusi. Dia mencoba kilas balik perjalanan sedari SBM ITB Jakarta masih berada di Gedung Bidakara hingga kini ada di Gedung Graha Irama. Jumlah mahasiswanya terus bertambah tiap tahun. Dari yang tadinya hanya kurang dari 100 mahasiswa hingga bertumbuh ke sekitar 900 mahasiswa. Baik itu dari dalam negeri hingga mancanegara.
Selama mengabdi di SBM ITB, Yos punya berbagai fokus kerja. Pertama dan yang terutama adalah mendidik mahasiswa, pemimpin masa depan yang mampu bersaing secara global. Kedua, menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan yang ada di berbagai belahan dunia. Terakhir, menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan di beragam industri untuk turut mengembangkan talenta Indonesia.
Fokus kerja pertama adalah mengembangkan sebuah program studi yang memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri/ Ini diwujudkan dalam berbagai konsentrasi, seperti Business Leadership (BLEMBA), Entrepreneurship (ENTREE), General Management (GM), Energy Management (ENEMBA), Strategic Marketing (SMEMBA), dan program MBA kerjasama dengan industri, serta program double degree dengan univeritas luar negeri. Program-program lain kemudian dikembangkan di MBA Jakarta seperti Sustainability (STEMBA) dan Entrepreneurial Marketing (ENMARK). Selain itu Kampus Jakarta juga mendukung program studi Doctor Science Management (DSM) dalam pendirian dan penyelenggaraan kelas DSM untuk profesional.
Menurut Yos, fokus pendidikan dalam berbagai program studi ini harus dapat menjawab tantangan pendidikan yang ada. Salah satu tantangan yang muncul dari sisi praktis adalam mengenai ego sektoral. Yos menuturkan bahwa perlu ada kesadaran bahwa kita adalah elemen dalam sebuah ekosistem. Untuk itulah institusi pendidikan dituntut menanamkan jiwa kewirausahaan, manajerial yang kolaboratif, pandangan yang holistik, serta keilmuan manajemen yang inovatif dan efektif untuk menjawab tantangan praktis ini.
Tantangan lain adalah mengenai utilitas teknologi. Pada dasarnya teknologi merupakan hal netral. Di tangan manusia, kendali akan teknologi ini dapat menjadi potensi maupun ancaman. Tantangan yang dihadapi oleh tiap universitas adalah mendidik jiwa pembelajar serta membimbing mahasiswa agar dapat memanfaatkan kemajuan informasi teknologi dengan tujuan dan maksud yang baik. Misalnya bagaimana artificial intellegent (AI) dapat dimanfaatkan dengan cara yang baik dalam mendukung pendidikan dan penelitian, bukan untuk mengambil jalan pintas yang tidak etis.
Fokus kerja kedua adalah mengembangkan kerjasama dengan berbagai institusi global. Setelah terakreditasi AACSB, dapat dikatakan bahwa standar pembelajaran di SBM ITB telah setara dengan sekolah bisnis unggul di dunia. Ini membuka akses kerjasama lebih luas di berbagai bidang dengan universitas kelas dunia.
MBA ITB sudah menjalin kerjasama dengan berbagai universitas di dunia. Seperti dengan Boston University dan Fordham University (Amerika Serikat), University of Queensland (Australia), Glasgow University dan Hull University (UK), dan Aalto University (Finlandia). Kedepannya, diharapkan SBM ITB bisa membuka kerjasama lebih luas dengan universitas lain, seperti yang sedang dijajaki dengan University of Southampton yang memiliki keunggulan dalam bidang operational research, Bournemouth University yang unggul dalam bidang tourism management, dan Queen Mary University of London yang unggul di bidang finance serta universitas lain yang dapat menjadi pilihan spesialisasi terbaik bagi mahasiswa.
“Tiap universitas membangun reputasi dan kompetensi dalam waktu yang cukup lama, kita perlu tahu bidang spesialisasi yang mereka unggulkan. Yang menjadi pertimbangan bukan hanya soal peringkat universitas ataupun tren bidang pembelajaran yang ada pada saat ini saja, tapi juga bidang kekhususan yang telah dibangun oleh mitra univeritas sedari dulu atau yang dikatakan sebagai thought leadership,” tutur Yos.
Fokus kerja ketiga adalah kerjasama dengan berbagai institusi, baik bisnis maupun pemerintahan, untuk mendukung pembangunan talenta Indonesia. Berbagai program kerjasama telah dijalankan di Kampus Jakarta dengan berbagai perusahaan swasta dan BUMN, serta kementerian atau lembaga pemerintah.
Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteritik pembelajar juga sangat penting. Selain penggunaan studi kasus, model pembelajaran unggulan dari SBM ITB adalah keterlibatan para praktisi, di mana mereka bersama akademisi SBM ITB, membawa pengalaman praktis dalam pembelajaran sehingga mahasiswa mendapatkan pembelajaran yang holistik secara akademik dan praktis.
Menurut Yos, alumni juga berperan penting dalam institusi pendidikan. Selain membantu dalam menjaga dan meningkatkan reputasi, dukungan yang tercermin secara nyata dalam jiwa almamater pun dapat dirasakan oleh institusi.
“Mereka turut terlibat untuk mengajar, pembicara dalam berbagai seminar, kuliah umum serta sumbangsih dalam bentuk lain yang diberikan kepada almamaternya,” tutur Yos.
Yos berpesan pada para pembelajar bahwa tidak ada hal yang instan. Semua butuh kerja keras, integritas, konsistensi, tekad dan ketekunan. Dalam perjalanannya, kendala pasti ada. Tapi akan selalu ada cara yang lebih baik untuk mencapai tujuan.