Seorang alumni Doktor Sains Manajemen SBM ITB, Abdurrahman, mengatakan lulus kuliah tepat waktu orang itu berbeda-beda. Ada yang menganggap tepat waktu itu 2,5 tahun. Ada pula yang 5 tahun.
Bagi Abdurahman, tepat waktu versi dia adalah lima tahun. Abdurahman nyaris drop out pada program doktoral pertamanya di STEI ITB.
Namun dirinya mendapatkan motivasi dari Al Quran, yang mengatakan bahwa knowledge discovery itu didapatkan secara teoritis dan praktis. Hal tersebut memotivasinya untuk melanjutkan studinya. Kini Abdurrahman sudah menyelesaikan dua studi doktornya dan sedang menempuh dua studi doktoral lainnya.
Abdurrahman merupakan satu dari dua alumni yang berbagi pengalaman dalam MSM DSM Lounge SBM ITB pada Jumat (15/3). Selain Abdurrahman, Dr. Wiwin Sujati, M.M., lulusan DSM SBM ITB tahun 2024, juga turut membagikan pengalamannya selama menempuh studi doktor.
Berbeda dengan Abdurrahman, Wiwin merupakan salah satu lulusan DSM tercepat, dengan hanya menghabiskan 2,5 tahun masa perkuliahan. Kini Wiwin menjabat sebagai Senior Manager Heavy Equipment Maintenance di PT KPC sekaligus dosen kampus merdeka di Universitas Gajah Mada.
Di balik kisah suksesnya, rupanya Wiwin nyaris mengundurkan diri dari DSM ITB saking beratnya perkuliahan. Di tengah studi, Wiwin sempat berpikir ulang tentang studinya tersebut.
“Untuk apa sekolah doktor ini?”
Seorang pengajar DSM SBM ITB kemudian memberikan wejangan kepada Wiwin. “Prioritas kuliah DSM adalah publish jurnal, apabila kita sudah tembus jurnal internasional, maka akan dapat tiket lulus dengan mudah.”
Kalimat tersebut menjadi motivasi bagi Wiwin untuk menyelesaikan studinya. Salah satu motivasi lain yang membuatnya terus maju menyelesaikan studinya adalah “cepat selesaikan tugas agar bisa cepat istirahat.”
Terdengar sangat sederhana, akan tetapi apabila diterapkan maka akan berdampak bagi hidup. Salah satu tips terkait tugas yang menyelamatkan Wiwin adalah, “Segera saja kumpulkan, apabila tidak segera dikumpulkan maka akan semakin tidak selesai.”