Menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam perusahaan merupakan hal yang sangat krusial dalam setiap perusahaan. Tak terkecuali bagi organisasi yang bisnisnya bergerak di bidang pelayanan publik seperti Perum Badan Urusan Logistik (BULOG).
Menjadi suatu tantangan tersendiri bagi BULOG, untuk menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam proses bisnis yang ditekuninya selama ini. Untuk memahami berbagai tantangan di dalamnya, SBM ITB Kampus Jakarta mengundang Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum BULOG, Sonya Mamoriska Harahap, pada Selasa (7/5) untuk memaparkan berbagai tantangan dalam operasionalnya.
Walaupun tugas inti dari BULOG pada dasarnya sudah sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, terutama dalam hal pangan, Sonya menyatakan bahwa dalam proses bisnisnya masih banyak tantangan yang perlu dihadapi dalam menerapkan prinsip keberlanjutan.
“Memang benar bahwa inti dari bisnis adalah untuk kepentingan sosial, tapi tantangan menerapkan prinsip keberlanjutan BULOG lebih dari itu,” kata Sonya. “Mulai dari tantangan pemerataan, ketersediaan infrastruktur yang memadai dalam rantai pasok, tantangan mengenai pengelolaan limbah yang muncul dalam proses bisnis, tantangan sistemik serta tantangan-tantangan lainnya.”
Menurut Sonya, pemerataan ini merupakan tantangan dalam hal pelayanan masyarakat. Rintangannya terletak pada distribusi pangan ke area 3T di Indonesia (terluar, terdepan, dan tertinggal). Hal ini menjadi hambatan pasar bagi banyak perusahaan untuk melakukan operasional di tempat tersebut. Oleh karena itu, BULOG dalam kapasitasnya sebagai perpanjangan tangan dari negara turun tangan untuk mengatasi hal tersebut.
Tantangan juga berada pada penyediaan infrastruktur dalam rantai pasok. Infrastruktur seperti lumbung dan tempat penyimpanan yang lebih modern dan berbasis digital dapat memaksimalkan pelayanan pada masyarakat. Dengan teknologi terkini, pengelolaan bisnis dapat menjadi semakin terukur. Di mana hal tersebut juga dapat berdampak pada kesehatan lingkungan hidup serta pengurangan limbah dan/atau residu di dalamnya.
Bulog juga menghadapi tantangan sistemik. Ini tidak dapat diselesaikan oleh BULOG sendiri. Sonya mengatakan bahwa pihaknya telah berupaya untuk bekerjasama dengan banyak pihak agar problem sosial dapat terselesaikan secara holistik.
“Kepentingan keberlanjutan pada dasarnya tidak bisa kita selesaikan secara individual. BULOG sendiri telah berupaya untuk bekerjasama dengan perusahaan pembibitan, Perusahaan Pupuk Indonesia, Perusahaan Asuransi Jasindo hingga Himbara (Himpunan Bank Negara) serta lembaga keuangan lainnya untuk mengakomodir kredit usaha rakyat,” tutup Sonya.