Teknologi memudahkan akses informasi dan komunikasi untuk para pelaku bisnis. Terutama bagi pebisnis dengna orientasi ekspor-impor.
Dengan banyaknya teknologi yang memudahkan akses informasi dan segala aktivitas industri, seharusnya kita dapat memanfaatkannya untuk menjadi wirausahawan yang sukses. Karena banyak sekali produk lokal yang bisa digali dan dijual ke pasar internasional.
Peluang pasar ekspor itu dipaparkan oleh tiga pengajar tamu yang mengisi mata kuliah International Trade and Finance, Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung, pada Jumat (31/5). Mereka adalah Ruslan Israpil, Virgo Riand, dan Devi Erna Rachmawati.
Bagi ketiga ahli ini, menjadi seorang wirausahawan yang sukses membutuhkan berbagai keterampilan wirausaha dan pemikiran yang luas. Hal tersebut sangat esensial karena banyak hal akan terus berubah dan lanskap bisnis juga sangat dinamis. Saat pandemi COVID-19, banyak bisnis yang berkecimpung di pasar internasional bangkrut dikarenakan masalah logistik. Bisnis yang sekarang dan beberapa tahun lalu akan berbeda dengan bisnis beberapa tahun kedepan.
Menurut ketiganya, generasi muda saat ini sangat takut untuk memulai bisnis. Padahal peluangnya sangat besar.
Devi Rachmawati, menceritakan pengalamannya bahwa dulu ia menghabiskan 18 tahun bekerja di kementerian. Kini dia membuka pabrik di Uzbekistan. Ia tidak menyesal telah meninggalkan pekerjaannya. Bahkan ia mengambil gelar doktor untuk belajar bisnis dan menarik investor. Ia sangat menyarankan untuk para pemuda agar mencoba wirausaha terutama di pasar internasional.
Pengusaha pemula, kata Devi dan Virgo, tidak perlu takut memulai bisnis. Jangan memikirkan modal awal.
Banyak mitra bisnis yang dikenal Devi dan Virgo memulai usaha ekspor-impor ini tanpa modal. Sangat mudah.
Salah satunya adalah seorang pengusaha dari Situbondo yang menjual skincare di platform Tiktok dengan menghasilkan Rp 50 miliar sebulannya. Skincare yang ia miliki bukanlah hasil rancangan pengusaha tersebut melainkan ia mengambil produk lokal yang berkualitas. Modal yang kita punya adalah ide dan nilai dari produk kita.
Sebagai pemula, sebaiknya pebisnis menjual produk yang sudah jadi, bukan produk atau bahan mentah. Ketiganya menekankan pesan tersebut karena tingkat kesusahan dan komplekstifitas dari menjual komoditas produk mentah sangat tinggi.
Banyak bisnis yang tidak berkembang akibat tidak adanya ruang untuk berkembang dan jumlah kompetitor yang terus meningkat. Jadi, menjual produk jadi akan lebih stabil dan produk tersebut dipasarkan dan dibuatkan merek dagangnya.
Apabila produk yang kita pasarkan sudah dalam bentuk merek, maka langkah pertama adalah memperkuat citra merek. Salah satu cara efektifnya bisa melalui sosial media dan melakukan interaksi dengan calon pelanggan. Dengan memperkuat citra merek kita bisa terus unggul dibandingkan kompetitor lainnya.
Langkah berikutnya adalah mengembangkan merek kita dengan menambahkan variasi dari produk atau modifikasi produk. Pemgembangan yang dilakukan secara terus menerus akan menarik pelanggan dan meningkatkan kepercayaan pelanggan karena mengetahui bahwa sang merek tetap mengikuti trend dan peduli dengan keinginan pelanggan.
Lalu untuk memasuki pasar, langkah paling esensial adalah menentukan spesifik target market. Tentukan juga strategi pemasaran yang ingin dilakukan untuk benar-benar menjangkau target pasarnya.
Ruslan menyarankan untuk menggunakan sosial media atau platform daring seperti Amazon untuk pemasaran internasional. Ini sangat efektif dan rendah biaya. Selain itu, penuhi lisensi dan sertifikasi untuk produk agar bisa melakukan ekspor-impor. Ketiganya sepakat, akan lebih baik apabila kita, pengusaha, memulai dari hal yang kecil. Jangan takut.