Mengelilingi tumpukan sampah, 30 orang warga Desa Sayang, Jatinangor, Sumedang, bersiap untuk berlari mengambil sampah dan memisahkannya menjadi sampah organik, anorganik, dan B3, pada Sabtu (22/6).  

Lomba memilah sampah adalah salah satu rangkaian pengabdian masyarakat yang diinisiasi oleh SBM ITB bekerja sama dengan Crapco Indonesia. Lomba ini bertujuan untuk mendemonstrasikan konsep pemilahan sampah yang dapat ditukar dengan kebutuhan sehari-hari, konsep yang diusung oleh Crapco Indonesia.

Program ini dilaksanakan di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, karena di wilayah itu banyak sampah yang menumpuk dan belum terkelola dengan baik. “Jika tidak dibakar, sampahnya dibiarkan atau dikirim ke TPA Cibereum yang kapasitasnya sudah sangat tipis,” ungkap Dr. Sri Hartati, Msi., ketua pengabdian masyarakat dan dosen SBM ITB, menjelaskan alasan di balik pelaksanaan program.

Euis Daliawati, Kader Posyandu RW 13 Desa Sayang, mengatakan jumlah sampah di kawasannya meningkat seiring pertumbuhan penduduk. 

“Sekarang banyak kos-kosan dan warung makan juga. Kadang bingung sampahnya mau dibuang kemana,” keluh Euis.  

Pengabdian masyarakat diawali dengan pelatihan memilah sampah untuk Kader PKK dan Kader Posyandu Desa Sayang. Pelatihan ini diadakan di Kantor Desa Sayang dan dihadiri oleh Camat Jatinangor, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Sumedang, Pembina Crapco Indonesia, dan tim dosen SBM ITB. Di acara ini, peserta diberikan materi tentang peran komunitas dalam pengelolaan sampah, ekonomi sampah, dan pengenalan inovasi Crapco Indonesia. 

Tiap jenis sampah dapat menjadi produk yang bermanfaat. Sampah organik dapat diolah menjadi pakan maggot, sementara sampah anorganik didaur ulang menjadi produk jadi seperti kerajinan atau batu bata. 

“Crapco Indonesia juga menawarkan nilai ekonomi berupa kesempatan belanja barang sehari-hari dengan harga lebih murah dalam aplikasi Crapco bagi warga yang memilah sampahnya,” jelas Muhammad Hafizh, Founder Crapco Indonesia.

Selama bulan Juni-Oktober 2024, tim dosen SBM ITB akan terus mendampingi dan mengevaluasi para Kader PKK dan Kader Posyandu Desa Sayang dalam mengelola sampah rumah tangga. Target program adalah membentuk komunitas yang dapat mengelola sampah rumah tangga secara mandiri.

Kontributor: Muhammad Lauda, MBA YP 69