Di tengah kekhawatiran akan meningkatnya fenomena greenwashing di dunia bisnis, SBM ITB menyelenggarakan seminar bertajuk “Sustainability Communication: The Strategy Communication & Reporting Standard for Sustainability” pada Kamis, 27 Juni 2024. Acara tersebut diselenggarakan secara hybrid, online melalui Zoom dan tatap muka yang berlokasi di Kampus ITB Jakarta.
Guna menghindari greenwashing, penting untuk menekankan komunikasi keberlanjutan yang transparan dan bertanggung jawab. Acara ini menghadirkan sejumlah pembicara berpengalaman seperti Dewi Suyenti Teo, Country Manager Global Reporting Initiative (GRI) di Indonesia, dan Jalal, Ketua Dewan Penasihat Social Investment Indonesia, dan perwakilan dari sejumlah perusahaan.
Dalam seminar tersebut, Dewi menekankan peran Global Reporting Initiatives (GRI) sebagai kerangka luas yang digunakan oleh banyak perusahaan besar untuk mengetahui sejauh mana mereka telah menerapkan keberlanjutan di perusahaannya. Ia menjelaskan urgensi pelaporan yang terdiri dari kepatuhan terhadap regulasi, sebagai bagian dari rantai nilai global dalam perusahaan, peran perusahaan dalam mencapai SDGs, model manajemen risiko, relevansi, dan akurasi data untuk pengambilan keputusan, tuntutan pemangku kepentingan serta akses terhadap green financing.
Sementara Jalal membicarakan tentang komunikasi berkelanjutan yang otentik untuk menghindari praktik greenwashing. Jalal menggarisbawahi pentingnya praktik etis untuk menghindari greenwashing.
“Perusahaan memiliki urgensi untuk mengintegrasikan ESG ke dalam operasi bisnisnya. Membangun fondasi yang tepat, memperkuat inti, serta tim manajemennya. ESG adalah pendekatan top-down dan manajemen tingkat atas bertanggung jawab atas akuntabilitas,” kata Jalal.
Foodbank Bandung juga menekankan pengelolaan data dalam operasi non-pemerintahnya. M. Gumilang, pendiri Foodbank Bandung, menunjukkan cara memaksimalkan keterlibatan pemangku kepentingan dalam hal kepercayaan dan keterbukaan. Pemangku kepentingan juga akan menilai bagaimana perusahaan berjalan.
““Di Foodbank Bandung, kami juga menggunakan pendekatan saintifik dalam mengumpulkan dan menghitung data, seperti yang disampaikan Pak Jalal tentang data stewardship,” ungkap Gumi.
Sementara itu, Head of Sustainability BRI, Tegar mengawali sharing session dengan memberikan gambaran implementasi ESG di industri perbankan. Mereka mulai menyusun laporan keberlanjutan pada tahun 2013, bahkan sebelum peraturan tersebut diberlakukan.
“Para pemangku kepentingan juga menjadi prioritas utama kami yang kami definisikan menjadi pelanggan serta karyawan,” kata Tegar.
Mohammad Taufan, Sustainability Strategy Management Dept Head at PT Astra International Tbk, berbicara tentang bagaimana astra berhasil menciptakan inisiatif keberlanjutan. Astra mempunyai 283 anak perusahaan yang dikelolanya. Saat ini perusahaan juga terlibat dalam bidang emisi, energi, dan peralihan menuju emisi nol bersih.
“Astra Triple-P merupakan roadmap strategi keberlanjutan dan terdapat 10 aspirasi dalam keberlanjutan yang menjajaki pemangku kepentingan serta menggalang suara pemangku kepentingan astra,” kata Taufan.
Ketua ESG SBM ITB, Melia Famiola, menutup seminar nasional dengan membahas Anugerah Avirama Nawasena, SBM-ESG Awards yang akan berlangsung tahun ini. SBM-ESG Award tahun ini diselenggarakan melalui kerja sama dengan beberapa pemangku kepentingan, antara lain Emil Salim Institute, tim SDGs ITB, dan media. SBM-ESG Awards menciptakan momentum bagi perusahaan dan individu untuk menunjukkan kontribusinya dalam praktik bisnis yang berkelanjutan.