Tim Mobius Mob dari SBM ITB berhasil memenangkan Kompetisi Mahasiswa Nasional Bidang Ilmu Bisnis, Manajemen, dan Keuangan (KBMK) 2024. Tim ini terdiri dari tiga mahasiswa SBM yaitu Agustin Anandia Kartika Prabasari (Manajemen 2024), Albertus Michael (Kewirausahaan 2025), and Kezia Gohannad Pratiwi Silaban (Manajemen 2025), Mereka mengusung inovasi pengolahan limbah air batik menggunakan teknologi Oxymix Microbubble Generator (OMG).
KBMK 2024 merupakan kompetisi nasional yang diselenggarakan oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI), Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas). Bekerja sama dengan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), KBMK 2024 mengusung tema “Menggali Peluang Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab dan Menerapkan Ekonomi Sirkular di Era Industri 4.0 dan Society 5.0 untuk Percepatan Transformasi Ekonomi Nasional yang Inklusif dan Berkelanjutan Dalam Kerangka Bidang Ilmu Bisnis, Manajemen dan Keuangan.” Kompetisi bergengsi ini diikuti oleh peserta dari 396 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, menjadikannya ajang yang sangat kompetitif dan bergengsi.
Dalam kompetisi tersebut, Tim Mobius Mob mengusung teknologi OMG, yang diyakini memiliki manfaat besar bagi UMKM batik dalam kompetisi tersebut. Dengan OMG, pelaku industri dapat efektif mengolah air limbah sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. Teknologi ini tidak hanya memungkinkan untuk menghasilkan air limbah yang lebih bersih, tetapi juga mendukung berbagai proses teknis dan kimia seperti pengayakan, sedimentasi, filtrasi, dan lainnya.
Proses seleksi KBMK 2024 berlangsung secara ketat, terdiri dari tiga babak utama. Babak pertama dimulai dengan pengumpulan paper dan video pada bulan April, di mana tim Mobius Mob berhasil lolos ke babak semifinal yang diadakan pada tanggal 25-28 Juni 2024 secara offline di Universitas Multimedia Nusantara.
Setelah berhasil melewati babak semifinal, tim Mobius Mob melaju ke babak final bersama enam tim lainnya. Tahap final ini menuntut kreativitas dan kemampuan adaptasi yang tinggi, di mana mereka harus menyelesaikan studi kasus baru dalam waktu semalam dan mempresentasikannya di hadapan juri dengan waktu yang terbatas.
“Kami harus bekerja keras dari jam 7 malam hingga jam 5 pagi untuk menyelesaikan deck presentasi final. Tantangannya semakin besar karena kami dituntut untuk kreatif dan menyajikan konten yang berbeda dari sebelumnya” ujar Agustin.
Menariknya, cabang perlombaan yang mereka ikuti memiliki tujuan khusus, yaitu mengkomersialisasikan bisnis yang telah memiliki teknologi mapan dan sejalan dengan tema produksi dan konsumsi berkelanjutan. Tantangan terbesar mereka adalah menemukan teknologi yang tepat, yang memakan waktu cukup lama. Namun, dengan kegigihan dan memanfaatkan koneksi yang ada, mereka akhirnya menemukan teknologi pengolahan batik inovatif di Bandung.
“Pastinya ada tantangan, apalagi cabang lomba ini mengharuskan kita mengkomersialisasikan bisnis dengan teknologi yang sudah ada dan sesuai tema circular consumption. Mencari teknologi yang pas itu tantangan banget, tapi kita terus berusaha sampai akhirnya menemukan teknologi pengolahan batik di Bandung,” ungkap Kezia, salah satu anggota tim.
“Pelajaran paling berharga yang kami dapatkan adalah bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Kami mempersiapkan presentasi final dengan intensif, meskipun rasa lelah sering kali menghampiri selama persiapan. Namun, kami terus berjuang dan memberikan yang terbaik. Puji Tuhan, semua usaha tersebut akhirnya membuahkan hasil,” kata Albertus.
“Semoga dengan pengalaman dan ilmu yang kami dapatkan serta feedback dari para juri, kami bisa berkontribusi lebih luas lagi dengan mengembangkan dan mengomersialisasikan teknologi yang dibuat bersama teman-teman kami dari jurusan teknik, sehingga kedepannya bisa memajukan ekonomi Indonesia juga,” harap mereka.