SBM ITB, melalui mata kuliah Environmental Management System (EMS) meluncurkan program inovatif bernama Circular Dago pada Jumat (12/7). Program ini bertujuan untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat, pemerintah lokal, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait dalam upaya menciptakan lingkungan Dago, Bandung, yang tangguh dan bersih.
Berbagai Non-Governmental Organization (NGO) diundang untuk berbagi cerita dan pengalaman mereka dalam menciptakan lingkungan Dago yang asri. Acara ini dimulai dengan paparan dari Arif Widyanto, Founder Pokja Eling, dan Dini Rachmawati, sekretarisnya. Mereka membagikan visi mereka untuk mengembalikan produktivitas lingkungan Dago melalui prioritas kebersihan dan kreativitas masyarakat setempat yang mampu mendorong pertumbuhan ekowisata.
“Kami mencoba melakukan youth tropical feature, yang terjadi secara alami, dengan perilaku sosial dan metode yang tepat untuk mengurangi sampah di lingkungan. Penting untuk memilih metode dan teknologi sebagai alat dalam membuat program-program yang efektif,” ujar Arif Widyanto.
Selanjutnya, Adi Rosadi Sapari dari divisi pengolahan limbah Komunitas Cika-cika memaparkan program Imah Maggot Bantaran (IMB). Program ini menggunakan maggot untuk mendekomposisi sampah organik yang menumpuk di kota Bandung, terutama di sungai Cikapundung.
“Maggot mampu memakan sampah organik hingga tiga kali lipat berat tubuhnya setiap hari. Dengan kandungan protein tinggi hingga 40%, maggot juga dapat digunakan sebagai pupuk tanah yang efektif,” jelas Kang Adi.
Isti Khairani, Founder Bank Sampah Bumi Inspirasi, turut berbicara mengenai pentingnya kategori sampah, mulai dari organik, anorganik, hingga limbah dan 3B (Barang Bekas Berguna). Ia menekankan pentingnya kolaborasi untuk menciptakan program yang lebih berdampak.
Dengan adanya kuliah tamu dan program Circular Dago ini, diharapkan mahasiswa SBM ITB dapat menciptakan gerakan baru melalui kolaborasi kreatif yang menumbuhkan minat generasi muda Dago terhadap pengelolaan sampah dan difusi teknologi tepat guna. Peluang integrasi pengelolaan sampah dengan ekonomi Dago diharapkan mampu menciptakan perubahan positif yang signifikan bagi lingkungan setempat.