Properti adalah kebutuhan primer yang nilai jualnya selalu naik setiap tahun, sehingga sangat menguntungkan untuk dijadikan bisnis. Saat mengisi kuliah tamu di kelas MBA Entrepreneurship 69 SBM ITB, mantan Direktur PT Sistanda Comsitura dan Marketing Manager PT Permata Niaga Prima, Beny Lidia, menjelaskan ada tiga jenis properti dalam bisnis real estate: residensial, komersial, dan industrial. Selain itu, ada juga subdivisi properti yang meliputi perumahan, mal, perkantoran, dan lainnya. 

Beny Lidia menekankan pentingnya lokasi sebagai kunci utama dalam valuasi properti. Ia memberi contoh daerah BSD yang pada tahun 90-an masih murah, namun sekarang menjadi mahal karena perkembangan akses dan kepadatan penduduk.

Tujuan valuasi properti bisa bermacam-macam, seperti untuk agen asuransi, perusahaan realty, bank atau pajak, nilai pasar, dan investasi. Prinsip-prinsip valuasi yang penting dalam real esate, menurut Lidia, termasuk penggunaan tertinggi dan terbaik, perubahan, keseimbangan, penawaran dan permintaan, kontribusi, substitusi, progresi-regresi, persaingan, kesesuaian, dan antisipasi. Variabel utama dalam valuasi finansial meliputi harga tanah, biaya bangunan, sewa/harga, suku bunga, hasil investasi, dan waktu.

Beny juga menjelaskan metode residual untuk menghitung properti yang sudah terpakai dan metode kontraktor yang digunakan untuk menilai properti yang jarang berpindah tangan dan memiliki sedikit pembanding. Ia juga menyebutkan bahwa properti perumahan yang fully furnished biasanya lebih cepat terjual karena orang sekarang cenderung mencari kemudahan.

Lalu, apakah lebih baik membeli rumah secara kredit atau menabung dulu baru menebus secara tunai? Beny menjawab bahwa itu tergantung kebutuhan jangka pendek dan panjang setiap orang. 

Lalu bagiamana mengukur valuasi sebuah properti yang berada di daerah yang tidak ramai? Beny menyarankan untuk melihat regulasi pemerintah seperti akses jalan tol atau kendaraan umum dekat lokasi tersebut.

Kontributor: Batari Citra, MBA ENTRE 2023