Keuangan hijau dan investasi berkelanjutan punyai kaitan erat dengan alokasi modal. Mengusung kedua prinsip ini dapat berguna untuk meningkatkan aliran dana sekaligus tata kelola perusahaan.
Menjadi dosen tamu di SBM ITB pada Kamis (25/7), Dr. Haslindar Ibrahim, dosen Universiti Sains Malaysia, membahas tentang bagaimana mengeksplorasi peluang keuangan hijau dengan membuat strategi investasi secara berkelanjutan. Menurut Haslindar, skala obligasi dan pinjaman hijau berskala global sedang menigkat di wilayah Eropa dan Asia Pasifik. Kenaikan pembiayaan hijau itu kemudian mendorong meningkatnya tata kelola dalam keuangan hingga mengubah kebudayaan sosial setempat yang berhubungan dengan aspek keuangan.
Dalam lingkup ASEAN, Haslindar menggambarkan, instrumen Keuangan Hijau yang dipakai biasanya berupa pembiayaan proyek pembangunan tanpa adanya penjaminan, pinjaman dana, dan Sukuk. Aspek utama pendorong investasi secara berkelanjutan dan Keuangan Hijau adalah perhatian terhadap dampak lingkungan alam dan biodiversitas, regulasi dan kebijakan yang berlaku dan berhubungan dengan lingkungan, permintaan konsumen untuk meningkatkan preferensi dalam produk dan pelayanan yang berkelanjutan, dan tanggung jawab sosial perusahaan dengan memperhatikan dampak dan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang.
Menurut Haslindar, dengan menerapkan prinsip Keuangan Hijau dan investasi berkelanjutan, dapat mengurangi jejak karbon dan degradasi lingkungan alam, meningkatkan kesejahteraan dan ekuitas sosial, dan mengatur aspek Tata Kelola Lingkungan dan Sosial supaya investasi keuangan bersifat lebih tangguh. Investasi hijau dapat meningkatkan potensi pengembalian keuangan dalam jangka panjang dan mengurangi risiko keuangan yang berdampak negatif.
Manfaat tersebut, kata Haslindar, sudah dirasakan oleh beberapa negara. Sebanyak 88% investor dalam Keuangan Hijau merasa bahwa portofolio keuangan mereka mengalami peningkatan return lebih baik dan melebihi ekspektasi keuangan mereka.
Secara global terdapat 50% penggunaan Obligasi menggunakan sistem Obligasi Hijau dengan retur yang lebih menguntungkan. Oleh sebab itu, peluang dan tren masa depan dalam penggunaan Keuangan Hijau berdampak pada inovasi bisnis dalam bentuk pengembangan instrumen keuangan dan integrasi terhadap Kecerdasan Buatan, pertumbuhan kualitas keuangan hijau di negara berkembang, dan pengembangan teknologi yang bersifat terbarukan dan improvisasi dalam bentuk Tata Kelola Lingkungan dan Sosial.
Menurut Haslindar, aspek Keuangan Hijau di Indonesia cukup baik, namun masih perlu adanya pengembangan yang lebih memperhatikan pada dampak lingkungan alam dan perubahan iklim. Oleh sebab itu, perlu adanya regulasi keuangan yang kuat untuk meningkatkan aspek Keuangan Hijau tersebut, yang disertai dengan investasi perusahaan secara berkelanjutan dengan memperhatikan Tata Kelola Lingkungan dan Sosial.