Perkembangan global memaksa perusahaan-perusahaan energi untuk menyesuaikan bisnis mereka. Dunia mendesak perusahaan-perusahaan ini untuk turut mengurangi dampak negatifnya terhadap alam. Hal ini yang menjadi fokus pembahasan dalam diskusi publik yang digelar oleh SBM ITB di Bandung pada Kamis (12/9).
Fahmi Hamim Dereinda, Sustainability Specialist PT Pertamina yang menjadi salah satu pembicara diskusi tersebut, mengatakan bahwa Pertamina mengubah tantangan dalam strategi pengembangan energi menjadi peluang pengembangan sektor energi. Aspek keamanan energi, jangkauan energi, dan keberlanjutan lingkungan alam menjadi tantangan dalam mengubah peluang strategi yang lebih baik.
Fahmi noted that Indonesia requires greater energy consumption to stimulate economic growth while ensuring the reliability of domestic energy sources through efficient technologies. Additionally, Indonesia must explore its diverse renewable energy potential. These three factors, he said, are vital opportunities in addressing the nation’s energy challenges.
Indonesia menurut Fahmi perlu mengonsumsi energi lebih banyak untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomia. Indonesia juga perlu menjamin keandalan sumber energi secara domestik dengan menerapkan teknologi energi yang efisien. Serta membuka potensi energi terbarukan yang beragam. Tiga hal tersebut menjadi peluang dalam menjawab tantangan energi.
Sebagai perusahaan negara, Pertamina menurut Fahmi harus mendorong bagaimana implementasi dari energi keberlanjutan untuk mendukung Emisi Net Zero. Untuk itu Pertamina harus membuat pendekatan strategi guna meningkatkan keamanan energi secara nasional. Caranya, membuat skala ekosistem untuk bio-bensin, memaksimalkan nilai di hulu bisnis, mentransformasi bisnis ritel bahan bakar, memperluas kapasitas panas bumi di Indonesia, dan hal yang lainnya.
Sementara itu, Dr. Dzikri Firmansyah Hakam, pengajar SBM ITB, menekankan beberapa poin penting terkait strategi pengembangan energi Indonesia. Pengembangan tersebut mesti memperhatikan aspek keberlanjutan energi, jangkauan energi, dan keamanan energi yang saat ini masih defisit. Di sisi lain, Pertamina juga memegang peranan yang cukup esensial dalam menciptakan aspek keberlanjutan energi Indonesia. Investasi bisnis Minyak Bumi dan Gas Pertamina menjadi tanggung jawab perusahaan dalam menciptakan aspek keberlanjutan tersebut.
Menurut Dzikri, Badan Usaha Milik Negara seperti Pertamina perlu melakukan kolaborasi. Karena terlalu banyak tantangan yang harus diselesaikan dalam bidang energi Indonesia, sehingga perlu adanya implementasi dalam perkembangan teknologi dengan kombinasi dari berbagai elemen yang berhubungan tersebut.
Konektivitas antara industri dengan akademis kampus perlu dilaksanakan dengan memperhatikan aspek energi transisi yang berhubungan dengan keahlian tertentu. Khususnya dalam kompetensi Pasar Energi dan Keuangan Energi yang saat ini dimiliki dan dipelajari oleh akademisi SBM ITB secara umum.
Dr. Eng. Pandji Prawisudha, ST., MT., pengajar Teknik Mesin ITB juga berpendapat bahwa Pertamina memiliki potensi untuk menjadi perusahaan dengan pengembangan bisnis selain dari bisnis Minyak Bumi dan Gas. Pertamina dapat berevolusi menjadi perusahaan dengan penciptaan energi terbarukan, dan membutuhkan kolaborasi terhadap kampus atau akademisi yang perlu dikembangkan lebih luas.
Sementara itu, Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan, PT PLN (Persero) Warsono, mengatakan bahwa PT PLN saat ini mulai melakukan pengembangan proyek listrik dengan menerapkan rantai pasok hijau. Hidrogen Hijau menjadi suatu aspek yang sangat penting untuk Indonesia dalam mencapai target Net Emisi Zero pada tahun 2060.
Secara penerapan, zat Hidrogen Hijau akan melakukan dekarbonisasi terhadap banyak sektor di Indonesia. Sehingga hal tersebut berdampak pada industri pabrik, transportasi, dan pembangkit listrik. Oleh sebab itu, PLN mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam mempercepat proses pengembangan pada Hidrogen Hijau. Demi proses keberlanjutan energi dan pencapaian target sektor energi di Indonesia yang lebih optimal.