Kecerdasan buatan generatif dapat merevolusi praktik pemasaran. Kecerdasan buatan generatif merupakan suatu inovasi yang dapat digunakan untuk melakukan suatu aktivitas secara lebih luas dan dapat berfungsi dari strategi yang lebih luas. Dengan adanya kecerdasan buatan secara generatif, bidang pemasaran dapat bertransformasi dengan mengembangan pembuatan konten, meningkatkan personalisasi, dan membuat analisis secara prediktif mengenai sudut pandang konsumen.
Demikian disampaikan Dr. Eugene Aw Cheng Xi, Profesor Asosiasi dan Kepala Penelitian & Studi Pascasarjana di Universitas UCSI Malaysia, saat mengisi kuliah tamu di SBM ITB pada Selasa (10/9). Menurut dia, kecerdasan buatan dapat membuat komunikasi dan inovasi terhadap suatu nilai untuk target konsumen dalam skala yang lebih luas.
Namun demikian, terdapat tantangan dalam penggunaan kecerdasan buatan untuk kebutuhan pemasaran. Yaitu harus memperhatikan aspek orisinalitas konten dan hukum properti secara intelektual.
Tak hanya merevolusi pemasaran, kecerdasan buatan generatif juga dapat merevolusi penulisan akademik. Terutama dalam hal tinjauan pustaka.
Menurut Dr. Garry Tan Wei Han yang juga mengisi kuliah tamu, tinjauan pustaka menjadi suatu aspek bagaimana penulis melakukan ulasan secara singkat mengenai jurnal terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian yang diteliti oleh penulis. Secara umum, penulisan tinjauan pustaka harus mengetahui bagaimana topik pokok yang akan ditulis dalam penelitian, jurnal apa saja yang harus dikutip sebagai referensi, menghindari jurnal yang mempunyai peringkat yang rendah, dan memperhatikan siapa penulisnya.
Garry menyarankan, dalam pencarian sumber referensi, harus berasal dari Web of Science, Scopus, dan Cabell. Supaya kualitas penulisan tinjauan pustaka terlihat lebih memuaskan.
Suatu pembahasan dalam penelitian terdahulu tentunya harus memperhatikan sumber literatur yang mencakup pada beberapa aspek tertentu, termasuk bagaimana referensi yang digunakan dalam penelitian tersebut bersifat secara sah dan kualitas pengutipan referensi dari jurnal penelitian tersebut.
Sementara itu Dr. Keng-Boon Ooi, FASC, Ketua Profesor Terhormat dan Direktur di Universitas UCSI, memaparkan bahwa pengutipan berperan cukup penting dalam bidang akademisi dan penelitian. Penggunaan tersebut dapat memberikan informasi terhadap kualitas dari publikasi. Perhitungan dalam pengutipan referensi cukup berguna untuk tolok ukur visibilitas di mana para akademisi berasal dari bidang atau disiplin ilmu yang sejenis.
Semakin banyak jumlah pengutipan referensi, suatu penulisan menjadi representasi penting dalam bidangnya. Hal ini dapat menjadi evaluasi dalam menarik dana penelitian, meningkatkan citra institusi akademis, dan peningkatan karier secara akademis.
Dalam mengukur kualitas penulisan dalam penelitian, dibutuhkan Indeks H. Indeks tersebut dinilai sebagai suatu besaran yang memaparkan bagaimana ide produktivitas dari peneliti yang bersangkutan dan seberapa besar pengaruh dari penelitian tersebut terhadap publikasinya. Indeks H bernilai cukup baik jika mempunyai nilai pengutipan lebih dari 15-20 sumber. Untuk meningkatkan nilai pengutipan dengan lebih maksimal, kata Ooi, peneliti harus memilih jurnal penelitian secara hati-hati sebelum dipublikasikan.
Peneliti juga harus memperhatikan jumlah kata yang terdapat dalam penulisan judul penelitian. Judul penulisan perlu dibuat secara efisien, menggunakan kata kunci yang sesuai dengan penulisan dan penelitian, dan konsistensi dalam penamaan penelitian, agar visibilitas penelitian lebih tinggi.
Berpartisipasi dalam konferensi juga dapat meningkatkan visibilitas penelitian. Juga, mempublikasikan dalam jurnal penelitian yang dapat dibuka aksesnya secara langsung.