Global Project-Based Learning (GPBL) 2024 resmi berakhir pada 19 September 2024. Inisiatif kolaboratif ini mempertemukan mahasiswa dari tiga universitas yang berbeda—Institut Teknologi Bandung (ITB) Indonesia, Shibaura Institute of Technology (SIT) Japan, dan Universiti Utara Malaysia (UUM) Malaysia, untuk mengasah ide bisnis mereka. 

Program ini dimulai pada Maret 2024, ketika mahasiswa Jepang datang ke Indonesia untuk membantu perusahaan startup lokal dalam menyelesaikan berbagai tantangan yang mereka hadapi. Fase kedua dilanjutkan di Jepang, di mana mahasiswa dari Indonesia dan Malaysia berpartisipasi dalam pembelajaran berbasis proyek di kampus SIT Omiya, Saitama. 

Manahan Siallagan S.Si., M.T., M.Sc., Ph.D, Direktur Big Data Analysis and Social Simulation Laboratory SBM ITB serta salah satu pendiri GPBL, secara resmi membuka fase kedua di Jepang. Dalam sambutannya, Manahan menekankan pentingnya kerjasama tim dan kolaborasi budaya dalam mencapai tujuan program ini. Dia juga menyatakan harapannya bahwa program ini akan terus berkembang, dengan target ratusan peserta di masa depan.

Berbeda dengan fase pertama, mahasiswa di fase kedua ditugaskan untuk mengembangkan ide bisnis mereka sendiri, dengan kemungkinan mendapatkan pendanaan dari bank atau platform crowdfunding untuk beberapa projek terpilih. Mahasiswa dari tiga universitas ini dibagai dalam sepuluh kelompok yang berbeda, masing-masing terdiri dari 5 hingga 6 peserta.  

 “Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan. Setiap aktivitas sangat menarik, dan mendorong kami untuk belajar lebih banyak, meskipun dengan keterbatasan komunikasi dan waktu yang singkat. Jika ada kesempatan, saya pasti akan ikut serta lagi,” kata Suryawijaya, mahasiswa ITB.  

Dalam program GPBL ini, perserta melakukan tiga presentasi utama. Presentasi pertama, yang disebut Design Review 1 (DR 1), memberi setiap kelompok kesempatan untuk memperkenalkan ide bisnis mereka dan menjelaskan nilai yang ditawarkan selama tahap ideasi. DR 2 melibatkan presentasi ide bisnis dengan menggunakan proses  system engineering. Presentasi terakhir, yang disebut Final Day atau Final DR, menampilkan setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka di hadapan bankir dan peserta lainnya.

“Ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk berkolaborasi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda dan memanfaatkan kekuatan kami yang beragam. Kami bersenang-senang dan menjalani waktu yang penuh makna sambil menghormati perbedaan masing-masing. Namun, masih ada ruang untuk meningkatkan kerja tim kami agar bisa menciptakan sesuatu yang lebih inovatif, ” kata Mao Mori, seorang mahasiswa dari SIT Jepang. 

Selama 10 hari acara, peserta terlibat dalam sesi brainstorming menggunakan pendekatan system engineering, yang dipandu oleh Asisten Pengajar dari SIT. 

“Ini pertama kalinya saya mendengar dan belajar tentang proses system engineering. Saya belum pernah mempelajari tools tersebut karena saya tidak secara khusus belajar tentang  system engineering, tetapi dengan bantuan TA dan teman-teman saya, saya cukup memahami konsep tersebut. Ini sangat memperkaya pengetahuan saya,” kata Fish Ying, salah satu peserta dari Malaysia. 

Pengajar SBM ITB, Yudo Anggoro, Ph.D, yang turut menyambut para peserta dalam pembukaan acara, mendorong mereka untuk sepenuhnya menikmati kesempatan belajar dan pertukaran budaya. Sementara itu, tuan rumah fase kedua, Prof. Manabu Ichikawa, menekankan peran mahasiswa Jepang dalam membimbing rekan-rekan mereka dari Indonesia dan Malaysia, serta mendorong mereka untuk berkolaborasi dengan penduduk lokal guna menghidupkan proyek-proyek mereka.

Kontributor: Agustin Anandia Kartika, Manajemen 2024