SBM ITB menyuguhkan mata kuliah baru di aemester pertama tahun ajaran 2024-2025, yakni Industry-Based Learning. Mata kuliah ini menghadirkan berbagai pakar industri untuk memberikan materi dan berdiskusi dengan mahasiswa magister administrasi bisnis (MBA).

“Pada mata kuliah ini, mahasiswa akan berperan sebagai konsultan,” kata Dr. Nurlaela Arief pada Jumat (6/9), dosen pengampu mata kuliah, menjelaskan bahwa mahasiswa akan memperoleh pengetahuan tentang masalah nyata dalam industri dan cara terbaik dalam penyelesaian masalah.

Kuliah ini telah dimulai dengan rangkaian seminar dengan topik Komunikasi Pemasaran, yang diisi oleh dua pembicara, Riadi Sugihtani dan Karina Putri Widyaningsih dari Grant Thornton Indonesia. Grant Thornton Indonesia merupakan afiliasi dari jaringan global dengan 68.000 karyawan di seluruh dunia, termasuk 31 mitra, serta 700 karyawan di Indonesia. Perusahaan yang berkantor pusat di Sampoerna Strategic Square, Jakarta ini telah menyediakan layanan akuntansi publik selama lebih dari 30 tahun.

Riadi dan Karina berbagi wawasan tentang langkah-langkah untuk menciptakan taktik komunikasi pemasaran yang unggul. Karina menekankan pentingnya analisis situasi, khususnya dalam mengidentifikasi pesaing. Perusahaan yang tumbuh hanya dapat dinyatakan sebagai perusahaan yang sedang unggul ketika pangsa pasarnya juga tumbuh. Perbandingan menjadi sangat penting dalam membuat analisis situasi.

Dalam bisnis konsultasi keuangan, misalnya, Grant Thornton menghadapi persaingan dari firma-firma Big Four (EY, PWC, KPMG, dan Deloitte). Meskipun Grant Thornton beroperasi di pasar menengah, pesaing utamanya tetap Big Four sebagai penguasa pasar upper tier. Sebagian besar klien Grant Thornton adalah CFO, manajer keuangan, dan manajer akuntansi, yang semuanya memprioritaskan reputasi dan keunggulan teknis dalam konsultasi.

Dengan persaingan yang sangat ketat, familiaritas merek menjadi sangat penting. Merek yang kuat tidak hanya diingat tetapi juga dibeli dan direkomendasikan berulang kali. Elemen utama dari merek yang kuat meliputi memorability (mudah diingat), clear purpose (tujuan yang jelas), dan konsistensi. 

Riadi menyarankan, tujuan perusahaan harus selaras dengan kebutuhan manusia, seperti mempromosikan generasi masa depan yang lebih sehat, daripada hanya bertujuan menjadi nomor satu di pasar atau mendapat profit tinggi. Saat membuat rencana pelaksanaan program, Riadi menekankan pentingnya mengidentifikasi touchpoints di seluruh platform dan menyusun materi komunikasi yang selaras dengan touchpoints tersebut. Inisiatif seperti membuat white paper dan menghadiri komunitas khusus industri membantu memperkuat reputasi Grant Thornton.

Perusahaan menengah seperti Grant Thornton tidak dapat bersaing langsung dengan Big Four. Karena itu, Grant Thornton membuka lini layanan yang sedang berkembang seperti layanan konsultasi Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG), yang semakin relevan di pasar saat ini.

Berbagai ahli akan menyusul menyajikan berbagai topik dan tantangan industri dalam mata kuliah ini. Mulai dari global supply chain hingga manajemen sumber daya manusia di daerah terpencil. Seminar akan diadakan setiap dua minggu dari 27 September – 6 Desember 2024.

Kontributor: Muhammad Lauda, MBA YP 69