Menjadi dosen bukanlah tujuan utama Taufik Faturohman kendati ibunya adalah seorag guru. Terutama karena Taufik tak punya pengalaman mengajar sebelumnya. Dan Taufik kecil justru bermimpi menjadi seorang politisi. 

“Namun, setelah mendapat beasiswa dari Sampoerna Foundation, saya memutuskan untuk mengambil jalan ini. Dan sekarang saya sangat bersyukur atas keputusan tersebut,” kata Taufik, dosen kelompok keahlian Business Risk and Finance, SBM ITB, pada Senin (28/10). 

Taufik tumbuh dalam keluarga belatar belakang pendidik. Ibunya guru. Semenetara ayahnya adalah alumni ITB jurusan Teknik Pertambangan angkatan ’68. Ayahnya begitu cinta dengan almamaternya, yang kerap ia banggakan sebagai “Sekolahnya Bung Karno”.

Pada 1992, Taufik melanjutkan pendidikannya di SMP favorit di Pontianak dan aktif sebagai sekretaris OSIS. Setelah itu, ia bersekolah di salah satu SMA di Bandung, di mana ia kembali aktif berorganisasi dan menjadi Wakil Ketua OSIS. Dari pengalaman ini, ia mulai mengembangkan minat dan bercita-cita menjadi seorang politisi.

Setelah lulus dari SMA pada tahun 1998, Taufik melanjutkan pendidikannya di ITB pada jurusan Teknik Material. Teknik Material merupakan bidang ilmu yang ia cintai meskipun akhirnya tidak berkarir di bidang tersebut. 

Di masa kuliahnya, ia terus mengembangkan minatnya di bidang politik melalui berbagai kegiatan kemahasiswaan, termasuk menjadi panitia pemilihan presiden Keluarga Mahasiswa ITB. Meski demikian, seiring waktu, ia menyadari bahwa politik hanya merupakan minat yang ingin ia pelajari, bukan profesi impiannya.

Gelar sarjana ia raih melalui skripsi yang berjudul “Heterogeneous Sulfonation of Polystyrene”, sebuah riset yang merupakan bagian dari usaha daur ulang styrofoam di LIPI.

Selepas lulus dari Teknik Material ITB, Taufik sempat merintis bisnis daur ulang plastik bersama temannya, meski bisnis tersebut tidak bertahan lama. Di sisi lain, pengalaman kuliah memberinya lingkungan yang dipenuhi orang-orang baik, membantu dalam aspek kecil sekalipun, seperti melihat termometer di dalam oven dengan kondisi penglihatan yang semakin terbatas akibat retinitis pigmentosa.

Karena kondisi penglihatan yang semakin menurun, ia memutuskan untuk mengambil program MBA di ITB angkatan 32 dengan thesis tentang manajemen risiko di bank syariah. Di sini, ia bertemu banyak profesional inspiratif dan mendapatkan kepercayaan untuk menjadi penulis kasus (casewriter).

Kontributor: Hansen Marciano, Manajemen 2025