Kerangka kerja inovasi teknologi di PT Pertamina mencakup teknologi global, tren penggunaan dan kebijakan energi, potensi energi Indonesia di masa depan, dan prioritas strategis yang dimiliki oleh perusahaan. Strategi penelitian dan penerapan teknologi di PT Pertamina juga tak jauh-jauh dari topik riset yang diprioritaskan, infrastruktur pendukung dalam penelitian, kapabilitas sumber daya manusia, dan proses bisnis untuk mengelola dan mengembangkan inovasi.
Dr. Ir. Rhian Indradewa, S.T., MSM., IPU., CRP, CSRS., penasehat teknologi pada PT Pertamina, “membongkar” rahasia perusahaan tersebut saat dosen tamu mata kuliah “Manajemen Inovasi, Teknologi, dan Kewirausahaan” di kelas Magister Administrasi Bisnis SBM ITB pada Rabu (30/10). Kuliah tamu ini digelar agar mahasiswa memahami bagaimana penerapan manajemen inovasi dalam operasi bisnis perusahaan yang berskala besar seperti Pertamina.
Menurut Rhian, ruang lingkup inovasi dalam PT Pertamina meliputi riset kolaborasi di bidang strategis, yang menjadi suatu kunci utama untuk menjembatani kesenjangan kompetensi bisnis secara efisien. Tiga kunci utama kolaborasi tersebut yaitu inovasi teknologi, pengembangan teknologi, dan solusi teknologi, harus bergantung pada kelayakan dan daya tarik proyek bisnis.
Rhian mengatakan, Pertamina mempunyai visi untuk mempercepat transisi energi melalui kolaborasi dan investasi terhadap perusahaan rintisan di sektor energi. Hal tersebut berhubungan dengan inovasi yang berkaitan dengan solusi energi secara digital, penguatan bisnis operasi pada perusahaan, dan transisi energi.
Secara umum, kata Rhian, perusahaan bisa mengikuti proses secara struktural untuk mengidentifikasi peluang menciptakan bisnis digital yang baru. Proses tersebut mencakup inovasi, inkubasi, dan komersialisasi pada bisnis digital.
Dalam tahapan proses bisnis di PT Pertamina, aspek perencanaan, komersialisasi, dan teknis menjadi aspek yang cukup penting. Hal tersebut berdasarkan dari perencanaan kualitas portofolio bisnis dan sumber daya, proyek perusahaan yang sedang berjalan, penilaian kualitas proyek, dan validasi produk, bisnis, dan pasar terhadap perusahaan.
Pertamina juga melakukan akselerasi teknologi, yang di mana strategi perusahaan dapat memaksimalkan bisnis perusahaan yang sudah berjalan dan membangun bisnis yang mempunyai nilai karbon yang rendah. Pendekatan percepatan teknologi tersebut berhubungan dengan pemetaan rantai nilai perusahaan, pemilihan dan penentuan prioritas bisnis, penilaian pada penggunaan teknologi, dan evaluasi terhadap skema adopsi teknologi bisnis.
Sementara terkait proses investasi pada PT Pertamina, proses tersebut berhubungan dengan desain proyek, pembuatan tim, analisis untuk kebutuhan teknis, pasar, hukum, keuangan, dan aspek lain yang berhubungan, dan pengembangan analisis secara komprehensif mengenai kebutuhan perusahaan. Selain itu, proses manajemen pada pemangku kepentingan juga diperhatikan, yang di mana berdasarkan pada sumber daya yang dibutuhkan pada perusahaan dan keahlian atau informasi yang tersedia pada pemangku kepentingan tersebut. Dengan adanya proses tersebut, perusahaan dapat memberikan ulasan dan menentukan keputusan yang terkait dengan investasi tersebut.
Aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan modal ventura misalnya, harus memperhatikan masukan pada kebijakan investasi dan pelepasan investasi tersebut. Selama proses investasi berlangsung, harus memperhatikan pelaksanaan strategi yang berhubungan dengan nilai perusahaan dan manajemen risiko perusahaan. Sehingga hasil yang diterima pada saat pelepasan investasi harus lebih baik dibandingkan dengan nilai investasi sebelumnya.
Rhian juga menjelaskan bagaimana metode valuasi yang biasanya dilakukan secara umum oleh perusahaan. PT Pertamina dapat menggunakan pendekatan aset, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pasar, sebagai metode valuasi untuk menilai investasi bisnis pada perusahaan. Hasil dari evaluasi tersebut dapat memperkirakan nilai bisnis perusahaan dan sekuritasnya. Beberapa hasil penilaian tersebut juga memerlukan tinjauan secara teknis, sehingga akurasi penilaian bisnis tersebut dapat diestimasi dalam jangka panjang, apakah dapat menguntungkan perusahaan secara nilai bisnis.