Penggunaan artificial intelligence (AI) belakangan semakin berkembang dan digunakan untuk berbagai tujuan. Seperti untuk memprediksi tren pasar, mengolah data penelitian, hingga mendukung pengambilan keputusan strategis.

Salah satu bentuk penggunaan AI itu adalah generative AI, alat untuk menciptakan konten baru berdasarkan data yang ada. Teknologi ini memiliki tugas spesifik, mulai dari membantu pembuatan laporan hingga menganalisis disertasi akademik. 

“AI tidak akan menggantikan manusia, tetapi manusia yang menggunakan AI akan menggantikan mereka yang tidak,” kata Chief Marketing Officer and Co-Founder of Feedloop, perusahaan yang berfokus pada solusi digital untuk mempercepat transformasi bisnis, Muhammad Ajie, saat berbicara dalam seminar bertajuk “Mastering GenAI: Boost Your Productivity in Education and Research” di Amphitheater 1 MBA Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung pada Jumat (22/11). Seminar ini merupakan bagian dari mata kuliah Industry-Based Learning Series.

Menurut Ajie, Generative AI membantu menyelesaikan tugas lebih efisien, memprediksi tren dengan akurat, dan mendukung pembelajaran yang personal. Teknologi ini juga mendorong kreativitas dengan menghasilkan visualisasi data dan konten yang menarik. 

Beberapa kerangka kerja untuk mengoptimalkan Generative AI seperti Chat GPT, diantaranya adalah R-T-F (Role-Task-Format). Ini berguna untuk mengarahkan AI menghasilkan output sesuai kebutuhan. Sementara kerangka kerja T-A-G (Task-Action-Goal) memberikan instruksi jelas untuk tugas tertentu dengan tujuan spesifik. 

Kerangka B-A-B (Before-After-Bridge) membantu menganalisis masalah, menentukan hasil yang diinginkan, dan menjembatani keduanya. Sementara prinsip C-A-R-E (Context-Action-Result-Example) memastikan AI memahami konteks agar hasil sesuai ekspektasi, dan kerangka R-I-S-E (Role-Input-Steps-Expectation) mendukung perencanaan strategi berbasis AI untuk implementasi bisnis.

Ajie yang juga alumni SBM ITB, kemudian mengajak peserta seminar untuk mencoba framework prompting AI, untuk melihat langsung hasil kerja prompt yang baik dan buruk. Prompt buruk seperti “Write a marketing campaign for our new eco-friendly product” menghasilkan output yang sangat generik, seperti slogan “Go green with our product!” tanpa memberikan detail atau keunggulan produk. Sebaliknya, prompt yang baik memberikan arahan jelas tentang target audiens, fitur produk, dan gaya komunikasi, sehingga menghasilkan kampanye yang lebih spesifik dan menarik.

Ajie kemudian menyoroti bagaimana pentingnya regulasi untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab. Beberapa negara seperti Singapura dan Australia telah menetapkan kerangka kerja yang jelas untuk penggunaan AI. 

Sementara itu, Indonesia menurut Ajie masih dalam tahap awal dalam merancang regulasi terkait AI, termasuk perlindungan data pribadi. Padahal salah satu faktor kunci AI adalah ketersediaan data yang luas. Tentu saja ada potensi penyalahgunaan teknologi ini, seperti plagiarisme dalam dunia pendidikan dan pelanggaran privasi di sektor bisnis, karena itulah pentingnya literasi AI bagi pengguna untuk memahami batasan dan tanggung jawabnya. 

“AI sangat bergantung pada data, tetapi undang-undang data di Indonesia masih belum cukup kuat untuk mendukung perkembangan AI,” ungkap Ajie. “AI adalah alat yang membuka peluang baru, namun tanggung jawab pemanfaatannya ada di tangan manusia. Dan, manusia yang menggunakan AI dengan bijak akan selalu memiliki keunggulan di era teknologi ini.”

Kontributor: Muhammad Fikri, MBA YP 2023