iga mahasiswa doktoral SBM ITB berbagi pengalaman berharga mereka mengikuti program “Global Research Collaboration: Leveraging the Sandwich Program for Academic Excellence”. Program ini merupakan jembatan emas bagi mahasiswa untuk mengembangkan riset dan memperluas jaringan internasional mereka. Dalam progrma tersebut mereka beradaptasi dengan lingkungan riset yang berbeda, mengatasi tantangan, dan memaksimalkan manfaat dari paparan akademik internasional.
Uruqul Nadhif Dzakiy, mahasiswa Doktor Sains Manajemen 2021 yang menjalani program sandwich di Yamaguchi University, Jepang, menceritakan dia ikut program tersebut setelah mendapat arahan dosen pembimbing di SBM ITB. Berbekal rekomendasi tersebut, Uruqul berhasil menghubungi Profesor Yoshiyuki Matsuura di Yamaguchi University.
“Suasana riset di Jepang sangat tenang dan kondusif,” ujar Uruqul dalam webinar yang diselenggarakan SBM ITB (13/2). “Saya sangat terbantu oleh bimbingan sensei yang memberikan sudut pandang baru untuk penyempurnaan draft paper saya.”
Hasilnya, Uruqul berhasil menerbitkan penelitiannya di sebuah jurnal Q1 Scopus berjudul “Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity” pada September 2024. Ini merupakan pencapaian luar biasa yang membuktikan kualitas riset yang dihasilkan melalui program sandwich.
Uruqul berbagi suka duka selama di Jepang. Sebagai dosen baru di Telkom University, pada saat program berlangsung, ia harus mengatur waktu antara pekerjaan dan studi. Selain itu, masalah finansial juga menjadi tantangan tersendiri, terutama karena ia berangkat bersama keluarga. Namun, semua tantangan tersebut berhasil ia atasi berkat dukungan dan bimbingan dari para mentor.
Sementara, Ilma Nurul Rachmania, mahasiswa DSM 2022, yang fokus pada riset kesehatan digital, menjalani program di Cardiff University, Wales, Inggris, selama 10 minggu. Ilma memilih pendekatan yang berbeda dengan Uruqul. Ia terlebih dahulu mencari supervisor di SBM ITB yang memiliki koneksi ke universitas yang diinginkan.
“Yang paling penting adalah persiapan dan manajemen waktu,” kata Ilma. “Mulai dari konfirmasi dengan prodi, mencari supervisor dan universitas, hingga membuat timeline dan task breakdown yang detail.”
Selama di Cardiff University, Ilma mengikuti berbagai kegiatan, mulai dari pertemuan supervisi mingguan, kuliah umum, pameran poster, hingga presentasi riset di konferensi internasional The Operational Research Society. Ia merasa sangat beruntung karena mendapatkan banyak wawasan baru dan disambut dengan baik oleh komunitas akademik di sana.
Adapun , Sarah Ismullah memilih Kansai University, Jepang, untuk program sandwich-nya. Fokus risetnya adalah kewirausahaan maritim dan ahli bencana. Ia memilih Jepang karena ingin belajar dari para ahli kebencanaan di negara tersebut.
“Program sandwich ini membuka wawasan saya,” kata Sarah. “Saya bisa mengunjungi tempat-tempat baru, membangun jaringan dengan para ahli, dan mendapatkan pengalaman yang tak ternilai harganya.”
Selama di Jepang, Sarah melakukan riset di Okumura Lab, mengikuti berbagai seminar dan pertemuan internasional, mengunjungi pameran bisnis, hingga mengikuti latihan evakuasi bencana. Ia bahkan berkesempatan mengunjungi museum gempa bumi dan universitas lain untuk memperluas jaringan.
Ketiga mahasiswa doktoral SBM ITB ini membuktikan bahwa program sandwich adalah kesempatan emas untuk meningkatkan kualitas riset, memperluas jaringan internasional, dan mengembangkan diri secara pribadi. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, mereka berhasil meraih kesuksesan berkat persiapan yang matang, dukungan dari para mentor, dan semangat pantang menyerah.
