Seorang pengusaha harus nyaman dengan ketidakpastian. Demikian pesan Founder & CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, bagi generasi muda yang ingin memulai karir sebagai pengusaha.  

“Sebab kita tidak akan benar-benar tahu bagaimana kepastian dari gaji bulanan atau apakah bisnis kita masih akan berjalan dengan baik pada bulan depan,” kata Taufan saat menjadi pembicara dalam FRIDAYPRENEURSHIP, sebuah acara yang digelar oleh Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung di Bandung (28/2).

Namun menurut Taufan, sebagai seorang pengusaha, bisa leluasa mengontrol apa yang ingin dilakukan. Pengusaha punya kontrol penuh pada apa yang ingin mereka lakukan dalam bisnis untuk bulan depan, setahun ke depan, atau bahkan dua tahun kedepan. 

“Setelah itu, kita tinggal membuat rencana bisnis nya atau perencanaan langkah dalam tiga tahun ke depan, misalnya pertumbuhan di tahun pertama mau seberapa dan seterusnya,” jelasnya.

Itulah prinsip yang dipegang oleh Taufan ketika membangun Amartha dari perusahaan rintisan menjadi salah satu pemain utama di sektor fintech yang fokus pada UMKM. Saat awal membangun Amartha, Taufan bertemu dengan seorang rekan yang memiliki visi serupa dalam membangun microfinance. 

Namun pada tahun ketiga, rekan bisnis Taufan itu memilih untuk berpisah dari bisnis yang dibangun bersama. Sebagai pemimpin, mau tidak mau Taufan tetap harus melanjutkan apa yang sudah dimulai. 

Di forum tersebut Taufan juga berbagi cerita mengenai tantangan yang dihadapi selama membangun bisnis. Selama 15 tahun membangun bisnis, Taufan sudah pernah bekerja hanya dengan 3 orang karyawan lalu berkembang menjadi 50 orang, 100 orang, hingga sekarang 10.000 orang. Tentu itu menghadirkan tantangan yang berbeda-beda.

Bahkan pada 2015 Amartha sempat menghadapi kebangkrutan. Sejak 2013 hingga 2014, bisnis mengalami stagnasi dan sulit untuk bertumbuh. 

“Sebagai bisnis microfinancing yang memberikan permodalan, kami harus mencari sumber dana. Ketika bisnis peminjam berkembang, lalu mereka membutuhkan modal lebih besar. Itu berarti kami juga harus mencari sumber pendanaan yang lebih besar lagi,” ungkap Taufan.  

Menurutnya, memberikan modal bukan hanya sekadar memberikan uang kepada seseorang atau peminjam, tetapi juga memberikan harapan. 

“Ketika para peminjam merasa memiliki harapan untuk menjalankan bisnisnya dan yakin bahwa usaha mereka bisa berkembang, lalu tiba-tiba saat mereka membutuhkan pinjaman tambahan tetapi kami tidak bisa memberikannya, itu berarti kami seperti melanggar janji. Itu yang berat waktu itu,” tambahnya.

Prinsip kepemimpinan Taufan di Amartha adalah above and beyond. Artinya, harus selalu ada semangat untuk melangkah lebih jauh, melampaui batasan, dan memberikan usaha terbaik. Untuk itu, Taufan membagikan nasihat bagi calon pengusaha untuk segera mewujudkan ide bisnisnya. 

“Jangan ragu. Jalani dengan optimisme, cari teman yang memiliki visi yang sama, dan temukan mentor atau ahli yang bisa membimbing serta membantu meningkatkan pengetahuan kalian,” kata dia. 

Kontributor: Seren Ernelya, Kewirausahaan 2026