Bagaimana memposisikan riset sistem yang kompleks di bidang sistem informasi? Seorang pakar bidang sistem informasi, Prof. Dr. Ir. Eric van Heck, dari Rotterdam School of Management (RSM), Erasmus University, menjelaskan seluk-beluknya saat mengisi seminar DMSN Talk bertajuk “How to Position Your Complex Systems Research in the Field of Information Systems? The Case of Energy Systems and Information Systems” pada Jumat (28/2).
DMSN Talk merupakan diskusi rutin yang digelar oleh Kelompok Keahlian Decision Making and Strategic Negotiation (DMSN) dari Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB). Eric membuka seminar dengan membahas perbedaan antara bidang sistem informasi (SI) dan sistem energi (SE). Sistem Informasi, kata Eric, berakar pada ilmu komputer, ilmu organisasi, dan ilmu manajemen. Sedangkan Sistem Engeri berakar pada ilmu komputer, teknik elektro, dan teknik lingkungan.
Sementara SI berfokus pasa validasi dari desain atau implementasi sistem socio-teknis, sedangkan SE berfokus pada desain implementasi sistem energi kompleks. Kedua bidang ini memiliki keterkaitan yang erat.
SI memainkan peran penting dalam pengembangan sistem energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin. Sebaliknya, sistem informasi juga membutuhkan energi untuk beroperasi. Sebagai salah satu contoh adanya pergeseran dari “informatika energi” ke “SI Hijau” dan “Pasar Pintar”.
Ada beberapa teori utama dalam bidang sistem informasi, seperti model kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean, model adopsi teknologi (TAM), dan teori ekosistem platform. Menurut Eric, pentingnya kontribusi teoretis dalam penelitian sistem informasi.
Eric mencontohkan bagaimana penelitian sistem energi dapat diposisikan di bidang sistem informasi. Yaitu, penelitian tentang efek saluran harga tetap online pada harga lelang dalam sistem lelang multi-saluran berurutan.
Menurut Eric, ada tantangan yang dihadapi oleh peneliti muda dalam berkontribusi pada pengembangan teori. Ia menyinggung fenomena di mana banyak mahasiswa yang datang kepadanya menyatakan keinginan untuk mengganti teori yang sudah ada.
“Banyak mahasiswa datang dan berkata, ‘Saya ingin mengganti teori ini’,” ungkap Eric van Heck. “Tentu saja, itu mungkin. Tapi mengganti teori membutuhkan waktu yang sangat lama, energi yang besar, dan bukti yang sangat kuat.”
Ia menambahkan bahwa upaya mengganti teori yang sudah ada tidak disarankan untuk dilakukan dalam konteks penulisan tesis. Tapi mungkin bisa dilakukan saat program doktoral, yang memiliki waktu penelitian lebih panjang.
“Tapi bahkan di sana, itu masih sangat sulit,” tegasnya.
Eric mengajak para peneliti muda untuk fokus pada pengembangan teori yang orisinal, bukan sekadar mengganti teori yang sudah ada.
“Generasi berikutnya adalah tentang berteori, bukan hanya mengganti teori,” ujarnya. “Fokuslah pada kontribusi yang unik dan signifikan.”
Ia menekankan pentingnya melakukan penelitian dengan semangat dan antusiasme.
“Lakukan penelitian tentang sesuatu yang Anda sukai,” pesannya. “Dengan begitu, Anda akan lebih bersemangat dan membuat pembimbing Anda juga senang dengan penelitian Anda.”
Ia juga mengingatkan bahwa setiap peneliti memiliki jalan penelitiannya sendiri. Jangan terpaku pada penelitian orang lain. Setiap orang memiliki jalan penelitiannya sendiri. Untuk itu Eric mendorong para peneliti untuk mencari keunggulan kompetitif.
“Lakukan sesuatu yang sulit dilakukan oleh orang lain, tetapi Anda bisa melakukannya,” ujarnya. “Terutama tentang data. Jika Anda memiliki akses ke data yang eksklusif, itu adalah keunggulan kompetitif Anda. Manfaatkan itu!”
