Masyarakat mendukung, percaya dan setuju dengan keputusan pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Bahkan masyarakat tidak keberatan dengan kemacetan yang terjadi akibat proses pembangunan kereta karena diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan mengurangi masalah kemacetan.
Hal itu diketahui dari penelitian yang dilakukan Raidha Nur Afifah, salah satu alumni program MBA SBM ITB, Angkatan 57, yang dibimbing oleh Dr. Yuni Ros Bangun, Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung. Penelitian dilakukan dengan menggunakan mix-method melalui survei kepada 402 responden yang tersebar di wilayah Bandung dan Jakarta. Selain itu, mewawancarai beberapa narasumber dari perusahaan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Raidha menuturkan, masyarakat bersedia membeli tiket yang cukup mahal asalkan pelayanan yang diberikan aman, nyaman dan tepat waktu. Namun, masyarakat tidak setuju terhadap keputusan melakukan kerjasama dengan Tiongkok dalam pembangunan proyek ini. Hal itu karena kekhawatiran akan persepsi bahwa produk buatan Cina kurang berkualitas.
“Solusi yang kami tawarkan kepada perusahaan dalam permasalahan ini adalah perlunya meyakinkan masyarakat mengenai hal yang positif dari kerjasama perusahaan dengan Tiongkok. Caranya dengan memasang iklan, bekerjasama dengan pihak ketiga seperti tokoh masyarakat, penyebaran informasi melalui media sosial, radio dan TV nasional, serta dukungan dari perusahaan konsorsium lainnya,” ujar Ridha, Selasa (18/5/2021).
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung menimbulkan berbagai persepsi positif dan negatif dari publik. Persepsi publik perlu dipertimbangkan karena publiklah yang akan menggunakan fasilitas ini ketika nanti kereta cepat tersebut sudah beroperasi. Kepercayaan afektif, keluhan, dan minat publik terhadap Kereta Cepat Jakarta-Bandung dapat mempengaruhi keberlanjutan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Dengan mengetahui persepsi publik, KCIC dapat memperoleh informasi dan masukan terhadap pelaksanaan kereta cepat ini.