Menjadi profesor termuda di Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB), Wawan Dhewanto memiliki waktu yang lebih lama sebelum pensiun. Dia ingin memanfaatkan waktu itu untuk menyebarkan ilmu kewirausahaan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Wawan merupakan profesor pertama ITB dalam bidang kewirausahaan dan startup. Menjadi seorang guru besar di usia 45 tahun, Wawan merupakan profesor termuda dari 8 profesor yang dimiliki SBM ITB.
Wawan merupakan Ketua Program Studi Kewirausahaan SBM-ITB pertama (tahun 2013s/d 2017). Program studi ini merupakan program studi kewirausahaan pertama di Indonesia, dan merupakan salah satu motor pendidikan kewirausahaan di Indonesia. Saat ini, Wawan juga dipercaya sebagai Sekretaris Senat Akademik ITB.
Wawan berencana menggunakan waktu yang dimiliki untuk berkontribusi menyebarkan virus kewirausahaan ke seluruh Indonesia. Selain itu, Wawan berharap bisa memberikan kontribusi untuk mengembangkan ekosistem kewirausahaan di Indonesia.
“Semoga ilmu kewirausahaan saya dapat bermanfaat dalam berbagai konteks, misalnya digital startup, UMKM, kewirausahaan korporasi, bisnis keluarga, kewirausahaan sosial, kewirausahaan wanita, kewirausahaan pedesaan, kewirausahaan pariwisata dan kewirausahaan pesantren,” kata Wawan.
Ada banyak nilai dalam keluarga yang menjadi teladan dalam kehidupan Wawan sekarang. Nilai-nilai tersebut ditanamkan oleh kedua orang tua Wawan.
Yang paling memotivasi Wawan, yakni nilai mengenai suatu hal harus selalu dimulai dari niat yang baik. “Fokus pada kerja keras, bukan fokus pada hasil,” ucapnya.
Tak lupa, kerja keras juga harus dibarengi doa agar mendapatkan hasil terbaik.
Pengalaman-pengalaman masa kecil yang pernah dilalui Wawan juga tak kalah membekas. Hal itu diakuinya membentuk pribadinya saat ini.
Di antaranya adalah belajar survival sejak kecil, beradaptasi dan menyesuaikan gaya hidup dengan setiap kondisi yang ditemui.
Contoh konkritnya, belanja tidak harus di pasar modern, tapi bisa di pasar tradisional. Makan tidak harus di cafe, tapi bisa di warung. Transportasi tidak harus naik mobil, tetapi bisa naik sepeda ataupun angkot.
Untuk itu, ia berupaya sebisa mungkin menanamkan teladan kepada keluarga kecilnya. Untuk mengisi waktu luang ketika sedang tidak beraktivitas di kampus, Wawan seringkali mengajak keluarganya untuk berjalan pagi bersama.