Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB meluncurkan aplikasi UMKM untuk mendukung digitalisasi dan ekspansi global pelaku UMKM di Indonesia. Program itu dilakukan bersama dengan Program Pengabdian Masyarakat ITB, LPPM ITB, LPIK ITB, Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Jawa Barat, Kreasi, Dinas Koperasi UMKM Jawa Barat dan Bappeda Jawa Barat .
“Benefit bagi UMKM yang bergabung dengan platform kami adalah bisa menganalisis produk dan market dengan data analitik,” ucap Santi Novani, Ph.D pada peluncuran aplikasi UMKM melalui webinar yang bertemakan, “Pemasaran Global Menuju UMKM Go Internasional,” Jumat (17/9/2021).
Santi Novanti yang merupakan dosen sekaligus peneliti dari SBM ITB tersebut menambahkan, dengan aplikasi ini, pelaku UMKM juga bisa mendapatkan pelatihan dari SBM ITB dan LPIK ITB. Peluncuran dari aplikasi ini dilatarbelakangi oleh kondisi UMKM Indonesia yang masih kurang beradaptasi dengan teknologi digital dan masih kalah bersaing dalam pasar global.
Yuwono Wicaksono, CEO dari Goorita mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki 64 juta UMKM, tetapi baru 13% dari mereka yang sudah memanfaatkan teknologi digital. Hal ini tentu menjadi perhatian bagi pemerintah mengingat teknologi digital saat ini menjadi sebuah keharusan.
Sejalan dengan Yuwono, Ketua Program studi bisnis digital Universitas Garut, Dini Turipanam Alamanda juga menyerukan pentingnya digitalisasi bagi UMKM. Menurut Dini, digitalisasi UMKM adalah salah satu solusi untuk beradaptasi dengan situasi yang selalu dinamis. Dini juga mengatakan bahwa, saat ini penetrasi internet Indonesia juga sudah tinggi sehingga sangat potensial bagi UMKM untuk transformasi digital.
Dengan hadirnya aplikasi UMKM ini, diharapkan mampu menjadi jembatan bagi para pelaku UMKM untuk bisa memanfaatkan transformasi digital serta ekspansi ke pasar yang lebih luas. Pengembangan aplikasi tersebut juga didukung oleh Ketua Dekranasda Provinsi Jawa Barat Atalia Praratya, S.IP.,M.I.KOM dan Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa barat, Drs. Kusmana Hartadji, MM.
Ekspansi global
Selain masalah digitalisasi, dalam sisi persaingan global, produk UMKM Indonesia masih kalah dengan negara lain. “Demand di luar negeri sangat besar, tapi produk Indonesia yang banyak itu masih produk dari Thailand, Vietnam, dan Filipina,” ucap Yuwono. Ia menekankan pentingnya UMKM Indonesia untuk melakukan langkah-langkah yang tepat dalam penetrasi ke pasar internasional.
Untuk memasuki pasar internasional, Dini mengungkapkan beberapa hambatan yang selama ini dihadapi oleh pelaku UMKM Indonesia, salah satunya terkait aksesibilitas, terutama terhadap sumberdaya masih rendah. “Rendahnya aksesibilitas terhadap sumberdaya produktif, terutama berkaitan dengan pembiayaan, informasi, promosi, teknologi, dan jaringan bisnis produk ekspor,” imbuh Dini.
Selain itu, menurut Dini, perubahan perilaku konsumen dan proses produksi produk UMKM yang masing menggunakan sistem tradisional juga menjadi halangan untuk ekspansi ke pasar global.