Dari sekian banyak pilihan pekerjaan, lulusan business manajemen bisa masuk ke dalam berbagai lini pekerjaan. Selain sebagai bekerja dalam sebuah korporasi, apakah kamu sudah mempertimbangkan untuk menjadi pengusaha? Kalau belum, kamu harus belajar dari pengalaman Founder and Director Aren Energy Investment Pte Ltd, Toronata Tambun dalam kelas virtual yang diadakan SBM ITB, Selasa (28/9/2021)
Fakta pahit dalam beberapa literatur mengatakan bahwa hanya terdapat segelintir perusahaan rintisan yang mampu bertahan di ekosistem Indonesia. Terutama di era pandemi Covid-19, banyak perusahaan harus bisa adaptif terhadap kondisi terkini.
Secara umum, kekuatan perusahaan rintisan ini dipengaruhi oleh 5 komponen dasar yang terdapat dalam model ekosistem inovasi, yakni faktor entrepreneur, latar belakang pengetahuan, peran serta pemerintah, manajemen korporasi dan pemahaman terhadap risiko permodalan. Dengan terjadinya sinergi yang baik, perusahaan rintisan diharapkan dapat bertahan bahkan bertumbuh kembang menjadi perusahaan yang lebih besar.
Secara umum, terdapat banyak hal yang harus dipertimbangkan saat membuat dan mengembangkan perusahaan. Ide, merupakan hal yang mendorong seorang entrepeneur untuk menjalankan sebuah perusahaan. Ide tersebut diharapkan dapat yang memberikan dampak bagi masyarakat luas.
“Pada prinsipnya adalah kebermanfaatan. Kalau tujuan kamu adalah menjadi kaya, jangan jadi entrepreneur. Tujuan utama menjadi entrepreneur adalah membuat dunia ini menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk ditinggali. Tujuannya adalah proyek rahmatan lil alamin,” tutur lulusan Harvard Business School, MIT Sloan School of Management, Saïd Business School, University of Oxford dan Monash University itu.
Pria yang sering disapa Toro ini juga menjelaskan bahwa walaupun basisnya adalah untuk memberikan manfaat bagi orang banyak, perusahaan rintisan tidak bisa menjawab semua problematika yang ada di dunia. Entrepreneur harus bisa melakukan market riset untuk mencari ide usaha mana yang akan dilakukan. Dengan demikian, entrepreneur bisa memberikan sedikit nilai kebermanfaat pada masyarakat luas.
Ide juga harus terus dikaji ulang dan terus diperbaharui. Hal itu karena pada saat bisnis kanvas telah di cetak, bisa saja langsung usang (obsolence).
“Ide harus dilihat dari perspektif iteration, dimana kita tidak boleh terlalu percaya diri terhadap ide yang kita tawarkan. Dengan glorifying ide, kita bisa terjebak pada bias dalam bisnis yang sedang dijalani. Jangan fokus pada produk dan fitur, tapi berikan manfaat,” tuturnya.
Entrepeneur dan Lingkungan yang mendukung
Selain ide, entrepeneur biasanya memiliki lingkungan kerja yang mendukung. Pada umumnya, entrepreneur lahir dari keluarga, orangtua maupun saudara yang berkecimpung di dunia usaha. Namun, di kondisi yang serba terbuka seperti saat ini, kalau kita berminat menjadi seorang pengusaha, kita harus punya teman yang supportif. Entah itu dari orang yang berkaitan dalam industry tertentu, rekan sejawat maupun tim kerja.
Di akhir kata, Toro menyemangati peserta acara untuk terus berjuang. Dia mengatakan bahwa jadi seorang entepeneur itu bukan hanya soal cerita suksesan di biografi. Dalam perjalanannya tidak mudah mudah karena akan selalu ada tantangan yang terus menghadang. Entrepeneurs harus memiliki passion, tim dengan ragam kemampuan dan network yang supportive. Buat tanganmu selalu kotor lewat eksekusi perencanaan. Buatlah berbagai kesalahan, sabar, gigih, ulet dan terus bertumbuh. Itulah esensi dari seorang entrepreneur.